Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode Vertikal-Horizontal Dan Rasio Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perbankan Pada Bank Bumn (Periode 2008-2010) (90)


Pada era globalisasi, dalam perekonomian tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan.Salah satu diantara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam perekonomian adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank.Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan menyimpan dana-dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian
Untuk itu dalam rangka menjaga agar industri perbankan, khususnya lembaga perbankan yang beroperasi di Indonesia, diharapkan dapat menjalankan aktifitasnya dengan mengacu kepada prinsip prudential banking. Dalam kaitan ini bank Indonesia sebagai regulator telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993 tanggal 23 Mei 1993. Aturan ini pada prinsipnya menghendaki perbankan untuk tetap mengacu kepada tingkat kesehatan bank berdasarkan penilaian kinerja bank.
Bank BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Sebelum terjadi krisis moneter, jumlah bank BUMN di Indonesia cukup banyak, namun setelah periode krisis moneter jumlah bank BUMN hanya empat buah, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN) dan Bank Mandiri yang berasal dari penggabungan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Operasi Bank BUMN tidak berbeda dengan bank umum lainnya. Kegiatan utama bank ini tetap menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Sebelum ada deregulasi di bidang moneter, bank BUMN memang mendapat perlakuan istimewa dari pemerintah.Hal ini menyebabkan banyaknya kredit macet di bank pemerintah tersebut. Namun, setelah adanya deregulasi, perlakuan istimewa tersebut tidak ada lagi sehingga bank BUMN pun harus bisa berkompetisi dengan dana dari masyarakat.
Aset bank merupakan salah satu indikasi besarnya kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut karena aset adalah kumpulan dana dari masyarakat yang ditempatkan di bank dan kemudian disalurkan sebagai pinjaman dan aset produktif lainnya.Sedangkan laba merupakan salah satu indikasi untuk menilai pengelolaan bank.Apabila laba semakin besar, maka berarti bank tersebut dikelola dengan benar.Berdasarkan tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah asset dan laba keempat bank BUMN mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Asset  terbesar diperoleh oleh Bank Mandiri dengan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2008 sampai 2010, dan laba terbesar diperoleh Bank Rakyat Indonesia. Sedangkan Bank Negara Indonesia dan Bank Tabungan Negara meskipun jumlah asset dan labanya tidak sebesar Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, namun asset dan labanya meningkat dari tahun ke tahun.
Selain asset dan laba, peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun juga dapat dilihat pada modal, dana pihak ketiga (DPK) dan jumlah kredit keempat bank BUMN.Hal ini berarti kinerja keuangan Bank BUMN mengalami perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun.Aspek permodalan bagi perbankan nasional sangatlah penting karena permodalan sangat dibutuhkan dalam persaingan global.Semakin besar modal, semakin tinggi tanggung jawab dan risiko yang ditanggung oleh pemilik. Di samping itu permodalan bagi bank juga merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha yaitu untuk menampung kerugian, hal tersebut sesuai dengan fungsi modal bagi bank menurut Siswanto Sutojo (1997;39) dalam bukunya Manajemen Terapan Bank, yaitu : (1) sebagai penunjang kegiatan operasi, dimana bangunan, equipment, dan fasilitas fisik lainnya sebaiknya dibiayai dengan dana jangka panjang, (2) sebagai fungsi regulatory yaitu permodalan bank harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan (3) fungsi protective yaitu penyediaan modal untuk melindungi apabila bank mengalami kerugian.
Selain modal, dana pihak ketiga dan jumlah kredit merupakan indikator penting untuk menilai tingkat likuiditas suatu bank.  Bahkan bagi dunia perbankan likuiditas merupakan faktor fundamental. Sebesar apapun asset suatu bank jika kondisi likuiditasnya terancam, maka pada saat itu juga bank akan mengalami kesulitan dalam penarikan dana yang dilakukan oleh pihak deposan. Terlebih dalam menghadapi rush (penarikan dana serentak oleh para deposan), bank harus menyiapkan dana likuiditas. Menurut Ibu Angel Gladys Meruntu (bagian business developer officer Bank Mandiri Cabang Makassar), dalam rangka meningkatkan likuiditas, bank Mandiri meningkatkan prinsip kehati-hatian dan penambahan Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu tabungan, giro, deposito dengan cara melakukan promosi melalui iklan, brosur,dan lain-lain. Selain itu cara kedua dengan meningkatkan standar layananbank bagi nasabah.
Bank sebagai lembaga keuangan harus mampu menjaga likuiditas dan solvabilitasnya karena kedua rasio ini merupakan hal-hal yang dapat menentukan kemampuan bank untuk membayar para deposannya.Suatu bank dapat dikatakan solvent apabila nilai asset yang dimiliki lebih besar disbanding dengan nilai kewajibannya kepada deposan maupun kreditur. Dalam kondisi pasar yang dinamis dan kompetitif, tingkat profitabilitas bank sangat tergantung pada tingkat efisiensi, sehingga apabila suatu bank tersebut tidak dapat dikelola secara efisien, maka bank tersebut akan menderita kerugian. Oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan ukuran kesehatan bank, yang dikenal dengan konteks CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity).
Kinerja bank yang menurun akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat karena pada dasarnya bank merupakan industri yang dalam menjalankan usahanya memerlukan kepercayaan masyarakat sehingga kesehatan bank harus diperhatikan. Untuk itu bank perlu menjaga stabilitas kredit agar tidak menjadi kredit macet/bermasalah.Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan kredit karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar, sehingga mengurangi jumlah kredit yang diberikan oleh suatu bank.Menurut bapak Asdar(bagian Account officer BNI Cabang Makassar)salah satu upayauntuk menyelamatkan kredit bermasalah yaitu bank BNI menerapkan praktik kehati-hatian serta meningkatkan kualitas asset,.Hasil operasi serta kondisi keuangan BNI sangatdipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.Kemampuan BNI dalam merestrukturisasi kredit juga berdampak kepada tingkat dan hasil operasi BNI.BNI memilikirestrukturisasi kredit yang dapat disesuaikan untuk debitur berdasarkan negosiasi dan perjanjian antara debitur danBNI.
Selain Bank BNI kebijakan restrukturisasi kredit juga diterapkan oleh bank Mandiri. Menurut Ibu Angel Gladys Meruntu (bagian business developer officer Bank Mandiri Cabang Makassar) restrukturing, mencakup perubahan struktur organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset, utang, pemegang saham, legal dan sebagainya.Restrukturing Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya pada Bank. Restrukturingdapat dilakukan dalam berbagai cara,  serta dapat dilakukan pada saat kredit belum termasuk kriteria Non Performing Loan. Restrukturisasi kredit bertujuan untuk penyelamatan kredit sekaligus menyelamatkan usaha debitur agar kembali sehat.Restrukturisasi kredit dapat dilakukan apabila Bank mempunyai keyakinan bahwa debitur masih mempunyai prospek usaha yang baik, dan mampu memenuhi kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi.Selain melalui restrukturisasi kredit,bapak Marwan (bagian account officer BRI Cabang Makassar) mengatakan untuk mengatasi kredit bermasalah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kredit dengan kemampuan bayar nasabah melalui syarat-syarat yang telah ditetapkan pada masing-masing produk kredit
Alasan penulis mengambil Bank BUMN sebagai objek penelitian karena keempat bank BUMN termasuk sebagai bank dengan total asset terbesarsebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.1  yang berisi tentang perkembangan asset bank umum tahun 2008-2010 juga karena penulis ingin melihat kinerja 4 bank BUMN di Indonesia dengan memakai metode vertikal horizontal dan rasio keuangan untuk melihat kinerja Bank mana di antara keempat Bank BUMN yang memiliki kinerja yang bagus seperti yang telah dijelaskan di atas.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan penelitian denganjudul“Analisis Laporan Keuangan  Berdasarkan Metode Vertikal-Horizontal dan Rasio Keuangan Pada Bank BUMN di Indonesia dalam periode 2008-2010”.
Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger