Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada ..... ) ... (Ket. X1 = Perilaku Pemimpin, X2 = Motivasi Kerja, X3 = Arus Komunikasi, X4 = Praktek Pengambilan Keputusan dan Y = Kepuasan Kerja) (Kode:05)


Dewasa ini dalam menghadapi milenium baru, perekonomian suatu negara semakin menuju ke arah integrasi ekonomi dunia. Akibatnya, perekonomian suatu negara tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang ada di negara tersebut, melainkan dipengaruhi pula oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara lain. Begitu pula Indonesia sebagai bagian dari ekonomi global, situasi perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh situasi ekonomi yang terjadi di dunia. Dengan makin mudah kapital berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, maka persaingan dunia usaha meningkat tajam. Perusahaan-perusahaan nasional berlomba-lomba membuka ladang usaha di segala penjuru termasuk Indonesia. Di sektor investasi, negara-negara berebutan menawarkan berbagai fasilifas menarik guna menyedot investasi. Pendek kata persaingan tak, hanya antar perusahaan, tapi juga antar negara.

Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif akan survive, mampu memenangkan persaingan serta meraih peluang untuk berkembang. Menghadapi kenyataan tersebut semua pihak bersepakat bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) melalaui segala bentuk dan aktualisasi potensinya merupakan faktor utama pembentukan keunggulan tersebut, dan menjadi kunci kemajuan di masa datang. Oleh karenanya, upaya meningkatkan performa kerja para karyawan menjadi program sangat penting di lingkungan perusahaan.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi performa kerja karyawan adalah terciptanya hubungan industrial yang dinamis, yaitu iklim kerja yang di satu sisi menjamin terciptanya suasana harmonis, dan di sisi lain tetap mengacu pada efisiensi dan pr-oduktivitas. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perlakuan perusahaan terhadap keberadaan karyawan dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh integrasi dan sikap kerja karyawan sebagai warga perusahaan (Soekmono, 1993).
Sikap perusahaan sangat penting bagi manajemen sumber daya manusia, karena sikap ini akan mempengaruhi perilaku perusahaan. Sikap-sikap yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan komitmen merupakan hal yang penting bagi perilaku dan praktek manajemen sumber daya manusia. Di mana implikasi dan kepuasan kerja memfokuskan pada sikap karyawan terhadap pekerjaannya, dan komitmen memfokuskan pada sikap karyawan terhadap keseluruhan perusahaan (Luthans, 1985).
Para manajer hendaknya tertarik pada sikap-sikap karyawan mereka, karena sikap memberikan peringatan terhadap adanya problem potensial, karena sikap mempengaruhi perilaku. Karyawan yang kepuaskan dan berkomitmen mempunyai tingkat keluar dan kemangkiran yang rendah. Bila para manajer menginginkan agar permintaan berhenti dan absensi berkurang terutama di antara karyawan mereka yang produktif mereka hendaknya melakukan hal-hal yang akan membangkitkan sikap kerja yang positif (Robbins, 1996).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut (Berkowitz dalam Azwar, 1997).
Sikap dapat dibagi menjadi tiga komponen utama yakni emosional, informasional dan perilaku. Komponen emosional meliputi perasaan Seseorang atau kesan tentang suatu obyek, yaitu pengaruh positif, netral, dan negatif, jadi emosi mendapat perhatian terbesar dalam literatur yang membahas perilaku organisasi dalam kaitannya dengan kepuasan kerja. Di samping itu, ekspresi emosional baik yang positif, netral, maupun yang negatif juga penting bagi perilaku kerja. Komponen informasi terdiri dari keyakinan dan informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek. Tidak ada bedanya apakah informasi ini secara empiris nyata atau benar atau salah. Sedangkan komponen perilaku terdiri dari kecenderungan dua orang atau lebih untuk melakukan hal yang sama daiam mencapai tujuan (Luthans, 1985).
Dari ketiga komponen sikap tersebut, hanya komponen perilaku yang dapat diamati secara langsung. Seseorang tidak bisa melihat atau mengetahui perasaan orang lain (komponen emosional) atau komponen informasional. Kedua komponen tersebut hanya dapat disirnpulkan. Pemahaman terhadap sikap kerja ini sangat penting peranannya dalam studi perilaku organisasi.
Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap, tetapi perilaku organisasi memfokuskan perhatian kita pada sejumlah sangat terbatas sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Sikap terkait pekerjaan ini rnembuka jalan evaluasi positif atau negatif yang dipegang para karyawan mengenai aspek-aspek dari lingkungan kerja mereka. Kebanyakan riset dalam perilaku organisasi telah memperdulikan ketiga sikap kepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan komitmen organisasional. (Brooke, Russel, dan Prince, 1998).
Kepuasan kerja merujuk ke sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu; seorang yang tak puas dengan pekerjaannya me'nunjukkan sikap yang negatif terhadap kerja itu. Bila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka memaksudkan kepuasan kerja.
Sikap kerja lain yang dibahas adalah komitmen organisasional yang didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam mana seorang karyawan memihak kepada suatu organisasi tertentu dan tujuan­tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Sejauh mana kepuasan para karyawan dengan pekerjaannya ? Para karyawan menurut temuan terakhir, akan merasa puas bila pekerjaannya diakui atau dikenali, dan jika mereka dihargai oleh bosnya. Namun sebagian orang masih merasa bahwa perusahaan atau atasannya belum memberikan penghargaan yang setimpal terhadap apa yang mereka kerjakan. Penelitian akhir-akhir ini memberikan pertanyaan kepada karyawan : Berapa seringkah atasan anda memberikan penghargaan atas prestasi yang anda capai ? Berikut adalah hasil jawabannya : (a) 11 persen mengatakan selalu; (b) 50 persen mengatakan sering; (c) 28 persen mengatakan jarang; (d) 10 persen mengatakan tidak pernah. Hasil survey ini menyatakan bahwa para manajer yang bebas dari kritik namun mendapat pujian dari atasan cenderung memiliki pekerja (anak buah) yang cemburu. Dalam perusahaan semacam itu moral kerja karyawannya akan rendah.
Apa yang menarik berkenaan dengan survei ini adalah pentingnya responden mengatakan bahwa mereka akan keluar dan pekerjaannya sekarang jika ada perusahaan lain yang memberikan perhatian (penghargaan) lebih tinggi, gaji sama dengan perusahaan lama, dan posisi yang sama pula. Dalam hal ini dapat dikatakan : uang bukanlah satu-satunya cara untuk menggaji orang. Sikap dan kepuasan kerja juga sangat penting artinya bagi karyawan (Luthans, 1985).
Pentingnya kepuasan kerja itu jelas. Para manajer seharusnya peduli akan tingkat kepuasan kerja dalam organisasi mereka karena sekurang ada tiga alasan : (1) ada bukti yang jelas bahwa karyawan yang tak terpuaskan lebih sering melewatkan kerja dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri; (2) karyawan yang terpuaskan mempunyai kesehatan yang lebih baik dan usia yang lebih panjang; (3) kepuasan pada pekerjaan dibawa ke kehidupan karyawan di luar pekerjaan (Robbins, 1996).
Griffin dan Ebert (1996 ) menunjukkan adanya pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen dan produktivitas, bahwa bila dibandingkan dengan para pekerja yang tidak puas, karyawan yang puas lebih berkorriitmen dan setia. Karyawan-karyawan seperti itu kemungkinan besar akan bekerja lebih keras dan memberikan sumbangan yang berharga bagi organisasi. Di samping itu mereka cenderung mempunyai lebih sedikit keluhan dan lebih sedikit berperilaku negatif (mengeluh, secara sengaja memperlambat kerja mereka, dan sebagainya) daripada rekan-rekannya yang kurang puas. Para pekerja yang puas cenderung tidak saja datang untuk bekerja tiap hari tetapi tetap bertahan di dalam organisasinya. Dengan mempromosikan kepuasan kerja, maka manajemen berusaha untuk menjamin pelaksanaan operasi yang lebih efisien.
Bagi manajemen, suatu angkatan kerja yang terpuaskan akan memberikan produktivitas yang lebih tinggi karena gangguan yang lebih sedikit yang disebabkan oleh kemangkiran atau berhentinya karyawan yang baik, maupun rendahnya biaya medis dan asuransi jiwa. Selain itu, ada manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Kepuasan kerja terbawa ke waktu-waktu di luar pekerjaan dari karyawan itu. Jadi, tujuan kepuasan kerja yang tinggi untuk karyawan dapat dibela baik secara finansial maupun dalam tanggung jawab sosial (Robbins, 1996).
Yang perlu mendapatkan perhatian juga adalah adanya suatu Kesimpulan yang lebih valid, bahwa kinerja individu membimbing ke arah terwujudnya kepuasan kerja (Greene, 1972; Lawler, 1973; dan Petty et al). Jika karyawan melakukan suatu pekerjaan yang baik, secara intrinsik karyawan rnerasa senang mengenai hal itu. Lagi pula, jika organisasi mengganjar kinerja, kinerja yang lebih tinggi meningkatkan pengakuan verbal, tingkat gaji, dan promosi. Ganjaran ini selanjutnya menaikkan tingkat kepuasan karyawan dengan pekerjaan itu (Robbins, 1996).
Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger