BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Penelitian
Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi
kerja atau
prestasi
sesungguhnya yang
dicapai seseorang. Definisi kinerja pegawai
yang dikemukakan Kusriyanto dalam
Mangkunegara (2010) adalah: ”Perbandingan hasil yang dicapai dengan
peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam)”. Gomez dalam Mangkunegara (2010)
mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai: ”Ungkapan
seperti output,
efesiensi serta efektivitas
sering dihubungkan
dengan
produktifitas”. Sementara
Mangkunegara (2010) sendiri menyatakan bahwa ”Kinerja
pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung
jawab
yang diberikan kepadanya”.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja, adalah motivasi kerja yaitu daya
gerak yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dan motivasi
adalah kegiatan untuk
memberikan dorongan kepada
seseorang atau diri sendiri mengambil suatu tindakan yang dikehendaki (Timpe
2002). Timbulnya motivasi pada diri seseorang tentu didorong oleh adanya suatu kebutuhan
hidup baik itu kebutuhan
primer maupun kebutuhan sekunder. Jika kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi, maka seseorang akan giat
bekerja sehingga prestasi kerja atapun
kinerja
dapat meningkat
sesuai dengan keinginan organisasi (Sedarmayanti 2007).
Suatu organisasi harus memberikan motivasi kepada
pegawainya. Salah satu
faktor yang dirasakan
sangat
penting di dalam
penentuan
keberhasilan
serta kelangsungan hidup organisasi adalah tingkat kemampuan dan keterampilan dari para pegawainya. Kenyataannya tidak semua pegawai memiliki kriteria
sesuai dengan harapan dan juga terdapatnya
pekerja yang memiliki
kemampuan dan keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka dengan demikian organisasi tersebut
belum dapat
memberikan motivasi
kepada
pegawai untuk menciptakan kualitas kerja yang baik yang sesuai dengan harapan perusahaan agar
tercipta hubungan timbal balik yang
menguntungkan antara
pegawai dan perusahaan.
Di sisi lain sejalan dengan motivasi,
komitmen organisasi juga merupakan
hal penting yang harus menjadi perhatian organisasi. Menurut
Sunarto (2005), komitmen adalah
kecintaan dan kesetiaan terdiri dari : (1) Pernyataan dengan tujuan dan nilai- nilai
perusahaan,
(2) Keinginan
untuk tetap
berada di dalam organisasi,
dan (3) Kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi. Bahkan menurut Walton dalam
Sunarto (2005),
disebutkan bahwa kinerja
organisasi
akan meningkat
apabila
organisasi meninggalkan model pengendalian tradisional dalam
manajemen karyawan dan menggantinya
dengan strategi komitmen.
Komitmen organisasi juga digambarkan sebagai kecenderungan
untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten.
Inkonsistensi
dalam bekerja mendorong meningkatnya tingkat keluar
masuknya pegawai baru
yang
pada gilirannya meningkatkan biaya
yang harus
dikeluarkan perusahaan.
Pegawai
yang memiliki
komitmen kerja
yang
tinggi akan memiliki
rasa
tanggung
jawab
pada
pekerjaan, semangat kerja
yang maksimal serta memiliki suatu kepercayaan pada
nilai-nilai perusahaan
(Panggabean 2002).
Pentingnya
motivasi
dan
komitmen dalam
mempengaruhi
kinerja juga didukung oleh sejumlah hasil penelitian. Hasil peneltian Ma’rifah
(2005) menemukan
bahwa motivasi
kerja mempengaruhi
kinerja. Theodora (2007) menemukan
hasil
adanya hubungan antara komitmen
organisasi dengan kinerja pegawai. Yuliani
(2010) bahkan
menggabungkan variabel
motivasi dan variabel komitmen dalam melihat
pengaruhnya
terhadap
kinerja menemukan
bahwa
motivasi,
komitmen
organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai. Demikian pula penelian Raiser (2006) yang juga menemukan hasil yang mirip, yakni
terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi, komitmen organisasi terhadap
kinerja pegawai
secara parsial dan simultan.
Bagaimana motivasi dan
komitmen mempengaruhi
kinerja
sangat
menarik untuk dikaji di Kabupaten Batu Bara. Hal ini didasari
oleh sejumlah fenomena yang
menunjukkan bahwa secara
umum, meskipun
kinerja, motivasi maupun komitmen pegawai pemerintah
terlihat sudah cukup baik,
namun pada sebagian pegawai
ada indikasi kinerja, motivasi
dan dan komitmen yang perlu
ditingkatkan. Mengingat
banyaknya ruang lingkup SKPD yang ada di Kabupaten
Batu Bara maka penelitian
ini hanya akan menelaah
salah satu SKPD strategis
Kabupaten Batu Bara yakni Dinas
Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan
UKM. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Batu Bara merupakan dinas yang paling besar ruang
lingkup pekerjaannya dan
programnya
yang
banyak menjadi harapan
masyarakat serta APBD yang tidak
kalah dari SKPD lain di Kabupaten Batu Bara. Selain itu,
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM seyogiyanya menjadi ujung
tombak dan instrumen dinamisator kegiatan
perekonomian khususnya untuk sektor industri, perdagangan, perkoperasian dan pengembangan
UKM di Kabupaten Batu Bara. Sebagaimana diketahui pemerintah Indonesia sendiri sangat memberi perhatian
yang besar bagi perkembangan
kegiatan industri, perdagangan, perkoperasian dan UKM.
Bila dibandingkan
dengan sejumlah dinas di kabupaten/kota lainnya,
ruang lingkup dinas ini tergolong besar karena menyatukan 3 (tiga) SKPD di bawah satu
atap. Umumnya dalam kelembagaan pemerintahan tingkat kabupaten/kota ada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ada pula Dinas Koperasi
dan UKM.
Terkait dengan kinerja pegawai
di Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten
Baru
Bara
terdapat sejumlah
informasi
awal
yang
dapat
dijadikan dasar penelitian
ini seperti:
1)
Adanya pada sebagian kecil pegawai yang mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesetiaan para pegawai
dalam mentaati, melaksanakan dan mengamalkan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
instansi. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kecenderungan pola kerja yang santai dan mengedepankan kepentingan pribadi diatas
kepentingan pekerjaan.
2)
Hasil penelitian awal juga mengindikasikan sebagian kecil pegawai di Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM masih merasa kurang mampu
mencapai kinerja yang maksimal dalam berbagai
tugas yang dikerjakan. Dalam
banyak hal para pegawai menyatakan kurang memiliki kecakapan, keterampilan
serta pengalaman yang mendukung pekerjaannya. Banyak pekerjaan yang
sering terbengkalai dan
baru dikerjakan pada saat mendekati waktu pemeriksaan dari instansi terkait.
3)
Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap
berbagai pekerjaan juga lebih jauh mengindikasikan masih adanya kelemahan dalam hal kinerja para pegawai. Terdapat kecenderungan berbagai pekerjaan hanya dikerjakan sekelompok
orang saja. Hal ini diperburuk
oleh ketaatan bawahan juga terlihat agak lemah, ketaatan yang ada hanya eksis pada
saat pimpinan ada di kantor, namun bila pimpinan tidak berada di tempat kecenderungan yang terjadi adalah, sejumlah
pegawai lainnya juga ikut meninggalkan kantor dengan berbagai macam alasan.
4)
Ketaatan bawahan juga terlihat lemah, ketaatan yang ada hanya eksis pada saat pimpinan berada
di kator,
namun bila
pimpinan tidak berada
di
kantor kecendrungan terjadi adalah
sejumlah pegawai ikut meninggalkan
kantor
dengan berbagai macam alasan.
5)
Berkaitan dengan prakarsa para pegawai dalam mengerjakan berbagai tugas
dan menyelesaikan masalah-masalah pekerjaan, pada sebagain besar pegawai kondisinya sudah cukup baik, namun di sisi lain juga terdapat indikasi yang cenderung rendah pada sebagian
kecil pegawai. Banyak pekerjaan
yang
6)
terhenti ketika mengalami kendala dan baru akan dilanjutkan setelah ada arahan
dari atasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar