Pengaruh Program Diklat, Motivasi Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Bpd Kaltim (65)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian
Setelah cukup lama perekonomian negara kita terpuruk, kini angin perbaikan ekonomi mulai berhembus menjadi harapan bagus. Berbagai sektor ekonomi mulai bergerak positif dan memberikan hasil yang cukup signifikan.  Momentum membaiknya kondisi ekonomi-moneter perlu terus dipelihara agar tetap berkesinambungan. 

Berbagai upaya untuk menggerakkan dan meningkatkan kegiatan investasi dan produksi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable dalam jangka menengah-panjang perlu terus diupayakan, sehingga di sini perlu tanggung jawab dan partisipasi secara aktif dari semua pihak dan golongan. Untuk itu perlu adanya dukungan dari pihak yang lebih berkompeten/berwenang dalam hal ini Pemerintah dan Lembaga Keuangan khususnya PerBankan untuk mewujudkannya.

Pembenahan manajemen, organisasi, system, dan prosedur serta pemberdayaan sumberdaya yang ada juga dilakukan oleh setiap badan usaha dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan usaha yang menuntut profesionalisme, efisiensi dan produktivitas, kewirausahaan serta inovasi yang tinggi. Ketatnya tingkat persaingan dewasa ini juga mendorong dunia usaha untuk memproduksi dan menyalurkan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen dengan harga yang mencerminkan efisiensi ekonomi guna menghadapi krisis ekonomi yang sedang terjadi dan mempersiapkan diri menghadapi era perdagangan bebas. Untuk itu dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas, produktif dan profesional, iklim usaha yang sehat, pemanfaatan ilmu dan teknologi yang optimal serta terpeliharanya fungsi kelestarian lingkungan hidup.

Dengan adanya perubah perekonomian yang begitu cepat dan kompetisi global yang ketat memberi pilihan yang banyak kepada konsumen, sehingga mereka semakin sadar akan pentingnya perhitungan biaya (cost conscious) dan nilai (value conscious) yang diperoleh. Untuk itulah guna menghadapi tantangan yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan para pelaku usaha terutama pimpinan unit usaha diharapkan mampu menciptakan dan menerapkan teknik-teknik untuk meningkatan efisiensi, sehingga kinerja (performance) perusahaan dapat ditingkatkan dan sekaligus eksistensi perusahaan dapat dipertahankan.
Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu usaha dapat diukur dari kinerja perusahaan (performance), dimana kinerja perusahaan harus diukur secara tepat melalui beberapa cara atau metode.

Umumnya kinerja perusahaan diukur dari aspek keuangan. Aspek keuangan tersebut antara dengan pengukuran ROI ataupun ROCE. Selain itu kinerja perusahaan juga dapat diukur dengan menggabungkan aspek keuangan dan operasional. Sedangkan untuk menilai kinerja karyawan dapat dilakukan melalui performance appraisal.

Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk meningkatkan kinerja perusahaan biasanya dimulai dari peningkatan nilai produk terhadap konsumen. Dimana semua aktivitas atau proses diarahkan kepada peningkatan nilai produk. Hal ini disebabkan ada hubungan yang erat antara mutu produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan dan laba perusahaan (Supranto, 1995).

Adanya pergerakan ekonomi mengarah ke arah positif seperti disebutkan di atas yang tidak bisa lepas dari peran pemerintah dan lembaga keuangan dalam hal ini PerBankan yang mengayomi dan mendukungnya, maka PerBankan harus mampu berperan aktif mewujudkannya. Meskipun Kondisi perbankan akhir-akhir ini masih sulit untuk diprediksi, mau tidak mau memaksa setiap manajemen Bank untuk menetapkan berbagai langkah dan kebijakannya dengan lebih seksama agar setiap target yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Dua hal pokok yang sangat dominan mempengaruhi kebijakan perBankan secara umum antara lain adanya perkembangan Non Performing Loan yang cenderung semakin meningkat tajam dan adanya indikasi Negative Spread yang hampir sukar dihindari operasional perbankan.

Dalam kondisi seperti ini, sangat diperlukan suatu performance karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan motivasi kerja tersendiri bagi karyawan melalui sistim dan kebijakan penilaian prestasi kerja dan adanya pandangan kesamaan akan budaya organisasi, serta program diklat yang baik, benar dan tepat. Hal ini bertujuan mengantisipasi berbagai kesulitan dalam menyesuaikan dengan berbagai kebijakan yang harus ditempuh guna mencapai suatu kategori Bank yang baik dan termasuk dalam kelompok A.

Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dalam setiap organisasi, adalah suatu conditio sine quanon atau suatu hal yang tidak  dapat ditawar-­tawar lagi. Pertimbangannya selain dalam memasuki era otonomi daerah juga menghadapi tantangan dan tuntutan era globalisasi yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif makin meningkat kadarnya. Perubahan dan pergeseran paradigma dalam penyelenggaraan manajemen perBankan juga harus mengikuti alur dan arus tuntutan zaman. Demikian juga perubahan-perubahan sistem nilai masyarakat telah berkembang pesat, sehingga kadang sangat sulit dikenali lagi.

Karyawan sebagai pelaksana harus memiliki komitmen terhadap organisasi, karena komitmen tersebut merupakan prinsip dan budaya yang fundamental bagi keberhasilan organisasi. Organisasi yang baik selalu menjaga interaksi dengan karyawan dalam kerangka yang stratejik. Organisasi memberikan kepada karyawan fasilitas, kompensasi, kesejahteraan, kekuatan dan kesungguhan karyawan dalam berupaya mencapai tujuan organisasi. Komitmen karyawan ini akan menjadikan suatu budaya organisasi sehingga dapat menimbulkan kinerja yang baik.

Agar karyawan mempunyai kinerja yang baik, selain mereka harus mempunyai komitmen terhadap organisasi, mereka juga harus memiliki motivasi kerja yang baik. Motivasi kerja ini berkaitan dengan kepuasan kerja. Oleh karena itu, pada dasarnya motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun motivasi di luar dirinya (eksternal).

Motivasi internal akan mempengaruhi pikiran dan selanjutnya  mengarahkan perilaku dan sikap seseorang. Sedang motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan di dalam diri individu yang dipengaruhi oleh faktor faktor luar yang sifatnya tidak dapat dikendalikan, dimana faktor tersebut yang dikendalikan oleh pimpinan, yaitu meliputi kepuasan kerja, gaji, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi dan hubungan kerja seperti penghargaan dan kenaikan pangkat atau jabatan struktural. Di samping itu, ada faktor eksternal lain di lingkungan organisasi yang berpengaruh terhadap perilaku dan sikap karyawan serta sangat menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi, yaitu kesempatan mengembangkan karir, dan nilai-nilai atau budaya organisasi yang dianut oleh perusahaan itu sendiri serta kebijaksanaan program diklat (Davis & Newstrom: 1995, 92).

Adanya perubahan lingkungan usaha perBankan yang sangat cepat tersebut mendorong Bank BPD Kaltim untuk menyusun rencana korporasi di segala bidang, sebagai pendorong pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Pengelola Dana Pemerintah Daerah di Propinsi Kalimantan Timur, juga mulai aktif melakukan pengembangan atau ekspansi dengan membuka cabang-cabang dan kantor pembantu kas baru, terutama di Daerah Kota/Kabupaten. Sebagai sebuah Bank yang cenderung konservatif dan bersikap hati-hati, Bank BPD Kaltim tidak terbawa arus untuk menjanjikan kepada masyarakat dengan hadiah-hadiah undian yang muluk. Dengan sumber daya yang dimilikinya, Bank BPD Kaltim berusaha mempertahankan nasabah dan mencari nasabah baru dengan cara membenahi mutu pelayanannya. Pembenahan tersebut dilakukan dengan memperbanyak produk-produk jasa perBankan dan pinjaman yang ditawarkan, melakukan komputerisasi untuk mempercepat pelayanan, serta meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusianya sebagai ujung tombak yang mendukung operasional perusahaan.

Di lain pihak, masalah utama suatu perusahaan adalah sulitnya mempertahankan dan memelihara karyawan yang memiliki kesesuaian dengan nilai atau budaya organisasi perusahaan secara keseluruhan. Sehingga harapan perusahaan mereka dapat bertahan menjadi karyawan yang handal dan berkualitas untuk jangka waktu lama dimana karyawan mempunyai rasa memiliki dan loyal terhadap perusahaan .

Kesulitan semacam itu juga dialami oleh Bank BPD Kaltim, karena biasanya sebuah perusahaan perBankan memiliki nilai-nilai, kebiasaan atau kepercayaan yang sifatnya spesifik dan harus dianut oleh karyawannya. Kekhasan tersebut timbul karena tuntutan bagi sebuah Bank adalah terjaminnya keamanan titipan uang para nasabahnya, adrninistrasi yang tertib dan akurat, serta pelayanan yang optimal dari sumber daya manusianya.

Menyadari pentingnya sumber daya manusia, maka menurut Allen yang dikutip oleh As'ad (1990 : 104), bahwa betapapun sempunanya suatu rencana, organisasi dan pengawasan, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya maka tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapai. Sehubungan dengan pertimbangan itu, maka pihak manajemen Bank perlu memperhatikan balas jasa, nilai-nilai atau budaya dan lingkungan atau kondisi kerja karyawan Bank. Pendapat ini sejalan dengan jenjang kebutuhan yang dimukakan oleh Maslow, maka kebutuhan tingkat pertama karyawan yang diharapkan dipenuhi organisasi adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis tersebut terutama dipenuhi melalui imbalan kompensasi yang dibayarkan pihak manajemen.

Dengan adanya era globalisasi yang ditandai dengan semakin tajamnya persaingan, maka perubahan-perubahan yang dapat dilakukan adalah dituntut karyawan untuk bekerja lebih profesional dan harus dapat memikirkan kepentingan bisnis dan perusahaan secara makro. Untuk itu karyawan harus dapat mengembangkan dirinya, baik dengan melakukan self development maupun melalui program diklat yang dapat menunjang pelaksanaan tugasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, pihak Bank Indonesia (BI) senantiasa mendorong perBankan untuk melengkapi diri dengan SDM yang unggul, handal dan bertanggung jawab. Untuk itu BI telah mengeluarkan suatu Paket Pebruari Tahun 1991 tentang mewajibkan kepada seluruh Bank untuk menyisihkan dana sebesar 5% dari keuntungannya untuk keperluan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM). Dengan diadakannya program Diklat, maka diharapkan karyawan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan wawasan agar dapat bekerja lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya. 

Tantangan dalam menghadapi persaingan Bank di era perdagangan bebas antar negara yang didukung dengan kemajuan strategis teknologi informasi perBankan yang canggih dan handal, menuntut kesiapan SDM Bank BPD Kaltim yang profesional. Penyelenggaraan progam diklat yang baik diharapkan mampu mendukung keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang dibarengi dengan peningkatan kepuasan kerja karyawan, serta menjadi penopang dalam meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki Bank ini. 

Sehubungan dengan uraian di atas, maka melalui pendekatan yang komprehensif dan holistik terhadap pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan motivasi kerja sumber daya manusia Bank BPD Kaltim. 

Kondisi Bank. BPD Kaltim sendiri terlihat bahwa masih terbatasnya atau lemahnya pemberian motivasi kerja karyawan pada kondisi situasi kerja berikut:
a.         Budaya organisasi di Bank BPD Kaltim saat ini, belum ada kesamaan pandangan dan tujuan dari seluruh karyawan. Hal ini diindikasikan dari berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggung jawab, serta penilaian prestasi kerja karyawan yang belum mencerminkan nilai sesungguhnya sehingga banyak karyawan yang tidak puas.
b.        Masih ada rasa kepedulian karyawan yang rendah terhadap pencapaian tujuan dari budaya organisasi perusahaan. Hal ini diindikasikan sering terjadinya konflik (pertentangan) antara karyawan dan pimpinan perusahaan.
c.         Program pendidikan dan latihan yang diberikan kepada karyawan belum sepenuhnya atau menempatkan karyawan yang bersangkutan pada posisi atau jenjang karirnya, karena masih ada penilaian lain untuk menetapkan seseorang untuk menjabat suatu jabatan. Hal ini diindikasikan dari menurunnya semangat kerja, gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
d.        Sistem program diklat belum terarah, terutama dalam pengembangan karir seseorang karena pemberian diklat ditentukan secara dadakan. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
e.         Kinerja karyawan belum terukur dengan baik, terutama dalam memberikan penilaian akhir tahun, sebagai dasar untuk memberikan penghargaan.
Oleh karenanya merupakan kebutuhan yang mendasar dan penting serta menentukan bagi Bank BPD Kaltim untuk selalu meningkatkan mutu kualitas karyawannya melalui proses pemberian motivasi kerja yang baik dan benar. Dengan peningkatan pemberian motivasi kerja karyawan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja pekerjaan atau prestasi kerja karyawan Bank BPD Kaltim yang berfungsi sebagai pendorong dan peningkatan pembangunan di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan kondisi di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Pengaruh Program Diklat, Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap  Kinerja Karyawan Pada PT. Bank BPD Kaltim".
Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger