BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Setelah cukup lama perekonomian negara kita terpuruk,
kini angin perbaikan ekonomi mulai berhembus menjadi harapan bagus. Berbagai
sektor ekonomi mulai bergerak positif dan memberikan hasil yang cukup signifikan. Momentum membaiknya kondisi ekonomi-moneter
perlu terus dipelihara agar tetap berkesinambungan.
Berbagai upaya untuk menggerakkan dan meningkatkan
kegiatan investasi dan produksi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable dalam jangka
menengah-panjang perlu terus diupayakan, sehingga di sini perlu tanggung jawab
dan partisipasi secara aktif dari semua pihak dan golongan. Untuk itu perlu
adanya dukungan dari pihak yang lebih berkompeten/berwenang dalam hal ini Pemerintah
dan Lembaga Keuangan khususnya PerBankan untuk mewujudkannya.
Pembenahan manajemen, organisasi, system, dan
prosedur serta pemberdayaan sumberdaya yang ada juga dilakukan oleh setiap
badan usaha dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan usaha yang
menuntut profesionalisme, efisiensi dan produktivitas, kewirausahaan serta
inovasi yang tinggi. Ketatnya tingkat persaingan dewasa ini juga mendorong
dunia usaha untuk memproduksi dan menyalurkan barang atau jasa yang dibutuhkan
konsumen dengan harga yang mencerminkan efisiensi ekonomi guna menghadapi
krisis ekonomi yang sedang terjadi dan mempersiapkan diri menghadapi era
perdagangan bebas. Untuk itu dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas,
produktif dan profesional, iklim usaha yang sehat, pemanfaatan ilmu dan teknologi
yang optimal serta terpeliharanya fungsi kelestarian lingkungan hidup.
Dengan adanya perubah perekonomian yang begitu
cepat dan kompetisi global yang ketat memberi pilihan yang banyak kepada
konsumen, sehingga mereka semakin sadar akan pentingnya perhitungan biaya (cost conscious) dan nilai (value conscious) yang diperoleh. Untuk
itulah guna menghadapi tantangan yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan
para pelaku usaha terutama pimpinan unit usaha diharapkan mampu menciptakan dan
menerapkan teknik-teknik untuk meningkatan efisiensi, sehingga kinerja (performance) perusahaan dapat
ditingkatkan dan sekaligus eksistensi perusahaan dapat dipertahankan.
Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu usaha
dapat diukur dari kinerja perusahaan (performance),
dimana kinerja perusahaan harus diukur secara tepat melalui beberapa cara atau
metode.
Umumnya kinerja perusahaan diukur dari aspek
keuangan. Aspek keuangan tersebut antara dengan pengukuran ROI ataupun ROCE.
Selain itu kinerja perusahaan juga dapat diukur dengan menggabungkan aspek
keuangan dan operasional. Sedangkan untuk menilai kinerja karyawan dapat
dilakukan melalui performance appraisal.
Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk
meningkatkan kinerja perusahaan biasanya dimulai dari peningkatan nilai produk
terhadap konsumen. Dimana semua aktivitas atau proses diarahkan kepada
peningkatan nilai produk. Hal ini disebabkan ada hubungan yang erat antara mutu
produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan dan laba perusahaan (Supranto,
1995).
Adanya pergerakan ekonomi mengarah ke arah positif
seperti disebutkan di atas yang tidak bisa lepas dari peran pemerintah dan
lembaga keuangan dalam hal ini PerBankan yang mengayomi dan mendukungnya, maka PerBankan
harus mampu berperan aktif mewujudkannya. Meskipun Kondisi perbankan
akhir-akhir ini masih sulit untuk diprediksi, mau tidak mau memaksa setiap
manajemen Bank untuk menetapkan berbagai langkah dan kebijakannya dengan lebih
seksama agar setiap target yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Dua
hal pokok yang sangat dominan mempengaruhi kebijakan perBankan secara umum
antara lain adanya perkembangan Non
Performing Loan yang cenderung semakin meningkat tajam dan adanya
indikasi Negative Spread yang
hampir sukar dihindari operasional perbankan.
Dalam kondisi seperti ini, sangat diperlukan suatu
performance karyawan dalam
meningkatkan produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan motivasi kerja
tersendiri bagi karyawan melalui sistim dan kebijakan penilaian prestasi kerja
dan adanya pandangan kesamaan akan budaya organisasi, serta program diklat yang
baik, benar dan tepat. Hal ini bertujuan mengantisipasi berbagai kesulitan
dalam menyesuaikan dengan berbagai kebijakan yang harus ditempuh guna mencapai
suatu kategori Bank yang baik dan termasuk dalam kelompok A.
Tersedianya sumber daya manusia yang profesional
dalam setiap organisasi, adalah suatu conditio sine quanon atau suatu
hal yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi. Pertimbangannya selain dalam memasuki era otonomi daerah juga menghadapi
tantangan dan tuntutan era globalisasi yang baik secara kuantitatif maupun
kualitatif makin meningkat kadarnya. Perubahan dan pergeseran paradigma dalam
penyelenggaraan manajemen perBankan juga harus mengikuti alur dan arus tuntutan
zaman. Demikian juga perubahan-perubahan sistem nilai masyarakat telah
berkembang pesat, sehingga kadang sangat sulit dikenali lagi.
Karyawan sebagai pelaksana harus memiliki komitmen
terhadap organisasi, karena komitmen tersebut merupakan prinsip dan budaya yang
fundamental bagi keberhasilan organisasi. Organisasi yang baik selalu menjaga
interaksi dengan karyawan dalam kerangka yang stratejik. Organisasi memberikan
kepada karyawan fasilitas, kompensasi, kesejahteraan, kekuatan dan kesungguhan
karyawan dalam berupaya mencapai tujuan organisasi. Komitmen karyawan ini akan
menjadikan suatu budaya organisasi sehingga dapat menimbulkan kinerja yang
baik.
Agar karyawan mempunyai kinerja yang baik, selain
mereka harus mempunyai komitmen terhadap organisasi, mereka juga harus memiliki
motivasi kerja yang baik. Motivasi kerja ini berkaitan dengan kepuasan kerja.
Oleh karena itu, pada dasarnya motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun motivasi di
luar dirinya (eksternal).
Motivasi internal akan mempengaruhi pikiran dan
selanjutnya mengarahkan perilaku dan
sikap seseorang. Sedang motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan di
dalam diri individu yang dipengaruhi oleh faktor faktor luar yang sifatnya
tidak dapat dikendalikan, dimana faktor tersebut yang dikendalikan oleh
pimpinan, yaitu meliputi kepuasan kerja, gaji, kondisi kerja, kebijaksanaan
organisasi dan hubungan kerja seperti penghargaan dan kenaikan pangkat atau
jabatan struktural. Di samping itu, ada faktor eksternal lain di lingkungan
organisasi yang berpengaruh terhadap perilaku dan sikap karyawan serta sangat
menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi, yaitu kesempatan mengembangkan
karir, dan nilai-nilai atau budaya organisasi yang dianut oleh perusahaan itu
sendiri serta kebijaksanaan program diklat (Davis & Newstrom: 1995, 92).
Adanya perubahan lingkungan usaha perBankan yang
sangat cepat tersebut mendorong Bank BPD Kaltim untuk menyusun rencana
korporasi di segala bidang, sebagai pendorong pertumbuhan Ekonomi Daerah dan
Pengelola Dana Pemerintah Daerah di Propinsi Kalimantan Timur, juga mulai aktif
melakukan pengembangan atau ekspansi dengan membuka cabang-cabang dan kantor
pembantu kas baru, terutama di Daerah Kota/Kabupaten. Sebagai sebuah Bank yang
cenderung konservatif dan bersikap hati-hati, Bank BPD Kaltim tidak terbawa
arus untuk menjanjikan kepada masyarakat dengan hadiah-hadiah undian yang
muluk. Dengan sumber daya yang dimilikinya, Bank BPD Kaltim berusaha
mempertahankan nasabah dan mencari nasabah baru dengan cara membenahi mutu
pelayanannya. Pembenahan tersebut dilakukan dengan memperbanyak produk-produk
jasa perBankan dan pinjaman yang ditawarkan, melakukan komputerisasi untuk
mempercepat pelayanan, serta meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya
manusianya sebagai ujung tombak yang mendukung operasional perusahaan.
Di lain pihak, masalah utama suatu perusahaan adalah
sulitnya mempertahankan dan memelihara karyawan yang memiliki kesesuaian dengan
nilai atau budaya organisasi perusahaan secara keseluruhan. Sehingga harapan
perusahaan mereka dapat bertahan menjadi karyawan yang handal dan berkualitas untuk
jangka waktu lama dimana karyawan mempunyai rasa
memiliki dan loyal terhadap perusahaan .
Kesulitan semacam itu juga dialami oleh Bank BPD
Kaltim, karena biasanya sebuah perusahaan perBankan memiliki nilai-nilai,
kebiasaan atau kepercayaan yang sifatnya spesifik dan harus dianut oleh
karyawannya. Kekhasan tersebut timbul karena tuntutan bagi sebuah Bank adalah
terjaminnya keamanan titipan uang para nasabahnya, adrninistrasi yang tertib
dan akurat, serta pelayanan yang optimal dari sumber daya manusianya.
Menyadari pentingnya sumber daya manusia, maka
menurut Allen yang dikutip oleh As'ad (1990 : 104), bahwa betapapun sempunanya
suatu rencana, organisasi dan pengawasan, bila mereka tidak dapat menjalankan
tugasnya maka tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapai.
Sehubungan dengan pertimbangan itu, maka pihak manajemen Bank perlu
memperhatikan balas jasa, nilai-nilai atau budaya dan lingkungan atau kondisi
kerja karyawan Bank. Pendapat ini sejalan dengan jenjang kebutuhan yang
dimukakan oleh Maslow, maka kebutuhan tingkat pertama karyawan yang diharapkan
dipenuhi organisasi adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis tersebut
terutama dipenuhi melalui imbalan kompensasi yang dibayarkan pihak manajemen.
Dengan adanya era globalisasi yang ditandai dengan
semakin tajamnya persaingan, maka perubahan-perubahan yang dapat dilakukan
adalah dituntut karyawan untuk bekerja lebih profesional dan harus dapat
memikirkan kepentingan bisnis dan perusahaan secara makro. Untuk itu karyawan
harus dapat mengembangkan dirinya, baik dengan melakukan self development maupun melalui program
diklat yang dapat menunjang pelaksanaan tugasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, pihak Bank Indonesia
(BI) senantiasa mendorong perBankan untuk melengkapi diri dengan SDM yang
unggul, handal dan bertanggung jawab. Untuk itu BI telah mengeluarkan suatu
Paket Pebruari Tahun 1991 tentang mewajibkan kepada seluruh Bank untuk menyisihkan
dana sebesar 5% dari keuntungannya untuk keperluan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia (SDM). Dengan diadakannya program Diklat, maka diharapkan
karyawan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan wawasan agar dapat bekerja
lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya.
Tantangan dalam menghadapi persaingan Bank di era
perdagangan bebas antar negara yang didukung dengan kemajuan strategis
teknologi informasi perBankan yang canggih dan handal, menuntut kesiapan SDM
Bank BPD Kaltim yang profesional. Penyelenggaraan progam diklat yang baik
diharapkan mampu mendukung keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang
dibarengi dengan peningkatan kepuasan kerja karyawan, serta menjadi penopang
dalam meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki Bank ini.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka melalui
pendekatan yang komprehensif dan holistik terhadap pengelolaan dan pembinaan
sumber daya manusia tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam upaya meningkatkan motivasi kerja sumber daya manusia Bank BPD
Kaltim.
Kondisi Bank. BPD Kaltim sendiri terlihat bahwa
masih terbatasnya atau lemahnya pemberian motivasi kerja karyawan pada kondisi
situasi kerja berikut:
a.
Budaya organisasi di Bank BPD Kaltim saat ini, belum ada
kesamaan pandangan dan tujuan dari seluruh karyawan. Hal ini diindikasikan dari
berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggung
jawab, serta penilaian prestasi kerja karyawan yang belum mencerminkan nilai
sesungguhnya sehingga banyak karyawan yang tidak puas.
b.
Masih ada rasa kepedulian karyawan yang rendah terhadap
pencapaian tujuan dari budaya organisasi perusahaan. Hal ini diindikasikan
sering terjadinya konflik (pertentangan) antara karyawan dan pimpinan
perusahaan.
c.
Program pendidikan dan latihan yang diberikan kepada
karyawan belum sepenuhnya atau menempatkan karyawan yang bersangkutan pada
posisi atau jenjang karirnya, karena masih ada penilaian lain untuk menetapkan
seseorang untuk menjabat suatu jabatan. Hal ini diindikasikan dari menurunnya
semangat kerja, gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
d.
Sistem program diklat belum terarah, terutama dalam
pengembangan karir seseorang karena pemberian diklat ditentukan secara dadakan.
Hal ini diindikasikan dengan rendahnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
e.
Kinerja karyawan belum terukur dengan baik, terutama
dalam memberikan penilaian akhir tahun, sebagai dasar untuk memberikan
penghargaan.
Oleh karenanya merupakan kebutuhan yang mendasar
dan penting serta menentukan bagi Bank BPD Kaltim untuk selalu meningkatkan
mutu kualitas karyawannya melalui proses pemberian motivasi kerja yang baik dan
benar. Dengan peningkatan pemberian motivasi kerja karyawan ini diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pekerjaan atau prestasi kerja karyawan Bank BPD
Kaltim yang berfungsi sebagai pendorong dan peningkatan pembangunan di
lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan kondisi di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Pengaruh Program Diklat, Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Bank BPD
Kaltim".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar