BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Motivasi adalah salah satu fungsi manajemen
yang sangat penting. Sebab tanpa fungsi ini maka apa yang telah direncanakan
dan diorganisir tidak dapat direalisasikan dalam kenyataan. Fungsi motivasi
menempati posisi vital bagi langkah-langkah manajemen dalam merealisasikan
segenap tujuan, rencana dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Motivasi yang
ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu
perilaku guna mencapai tujuan organisasi. Motivasi merupakan sarana yang dapat
dipakai oleh manajer untuk mengatur hubungan pekerjaan dalam organisasi.
Memotivasi berkaitan dengan proses menajemen untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang tergerak”,
yang bisa dilakukan oleh manajer.
Dengan
demikian, fungsi motivasi ini benar-benar dapat diusahakan agar terjadi
keseimbangan antara tujuan organisasi dengan tujuan pribadi dari anggotanya.
Sukses tidaknya pimpinan organisasi dalam fungsi motivasi, sangat tergantung
pada kemampuan pimpinan merealisir keseimbangan tersebut.
Motivasi
dalam organisasi merupakan hal yang dapat meningkatkan semangat kerja. Hal ini sejalan dengan pandangan Edwin B.
Flippo (dalam S.P. Hasibuan, 1994: 18) yang
menyatakan bahwa “Direction or motivation is essence, it is a
skill in aligning of employee want simultaneosly with attaintment of
organizational objectives”.
Motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi
agar mau bekerja secara berhasil,
sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi.
Robert S. Woodwort dan Donald
(1955) mendefinisikan: “a motive is a set which predisposed the
individual for certain activities for seeking certain goal.” Adapun
motivasi kerja merupakan kecenderungan bertindak yang disebabkan oleh faktor
pekerjaan itu sendiri. Motivasi dalam bahasan ini adalah kecenderungan bekerja
sebagai pegawai.
Dari uraian di
atas, pada dasarnya yang menjadi masalah di sini adalah meningkatkan gairah
kerja atau motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan kunci dari prestasi kerja,
dan produktifitas kerja adalah tujuan dari segala organisasi atau manajemen.
Motivasi kerja berhubungan erat dengan kepuasan kerja, produktifitas kerja dan
pemuasan kebutuhan.
Beberapa temuan
menunjukkan bahwa motivasi kerja sangat penting dalam penyelenggaraan
administrasi atau manajemen (Mataheru, 1994; Hamsari, 1986 dan Sergiovanni,
1987). Lebih lanjut dapat dipaparkan bahwa kepuasan kerja yang menjadi sumber
motivasi kerja merupakan salah satu indikator dimensi efektifitas organisasi.
Di sisi lain,
dewasa ini ilmu dan teknologi lengalami kemajuan dengan pesat. Dampak kemajuan
teknologi semakin luas ke segala bidang kehidupan. Dunia komunikasi,
transportasi, bangunan, kesehatan, pendidikan kesemuanya tidak bisa terlepas
dari imbas kemajuan teknologi. Kemajuan ilmu dan teknologi mendorong mengubah
pola hidup dan kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan
dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kehidupan dalam masyarakat (Heynes dan Massie,
1969: 200). Taraf hidup masyarakat yang telah meningkat menyebabkan warganya
memiliki tuntutan hidup yang meningkat pula. Dibalik itu jelas, kebutuhan hidup
yang semakin meningkat, semakin kompleks, dan semakin sulit untuk dipenuhi
(Gutenberg dan Richman, 1969: 267).
Adanya
kebutuhan yang semakin meningkat di satu pihak dan sulitnya pemenuhan kebutuhan
tersebut di lain pihak, sering menyebabkan perubahan sikap manusia terhadap
kerja. Meningkatnya tuntutan hidup yang tidak diimbangi dengan meningkatnya
penghasilan dapat menjadi salah satu faktor yang bisa menimbulkan ketidakpuasan
dalam kerja.
Kegiatan yang paling lazim
dinilai dalam sebuah organisasi adalah kinerja pegawai, di mana pada akhirnya
kinerja tersebut akan menghasilkan prestasi. Yang paling esensial dalam hal ini
adalah bagaimana seorang pegawai melakukan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaannya, jabatannya, atau peranannya dalam sebuah organisasi (R.
Wayne Pace dan Don F. Faules, 2000: 134).
Apa yang dilakukan seorang
pegawai dalam hal ini akan menimbulkan dua jenis perilaku tugas, yaitu tugas
fungsional dan tugas perilaku. Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik
seorang pegawai menyelesaikan pekerjaannya, termasuk penyelesaian aspek-aspek
teknis pekerjaan. Sedangkan tugas perilaku berkaitan dengan seberapa baik
pegawai menangani kegiatan antar persona dengan anggota lain dalam sebuah
organisasi.
Prestasi kerja pegawai yang
berkualitas ditentukan oleh banyak faktor. Di antaranya adalah bagaimana
motivasi yang ada pada diri setiap pegawai tersebut. Untuk dapat menghasilkan
prestasi kerja yang maksimal, maka eksistensi motivasi kerja setiap pegawai
administrasi mutlak diperlukan. Setiap pegawai administrasi pasti memiliki
motivasi tertentu yang menyebabkan ia melaksanakan pekerjaannya. Motivasi apa
dan seberapa kuat pengaruhnya terhadap prestasi kerja masih sulit untuk
diketahui.
Selain itu pula, seorang
pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan memimpin yang dapat dihandalkan agar
tujuan organiasi dapat tercapai. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan memimpin
adalah kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi mengarahkan dan berkomunikasi
dengan bawahannya. Disamping itu pemimpin juga harus mempunyai perilaku atau
cara kepemimpoinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi,
bersifat fleksibel artinya mampu menyesuaikan atau beradaptasi dengan
lingkungan bawahannya.
Selain perilaku pemimpin dan
motivasi kerja yang dapat meningkatkan prestasi karyawan, faktor lingkungan
kerja seperti tempat kerja dan perlakuan yang diterima karyawan juga
mempengaruhi prertasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena adanya
lingkungan kerja yang menyenangkan membuat karyawan akan bekerja lebih
bergairah dan bersemangat untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar