Menurut Terry (Winardi,2000:50); Kepemimpinan
merupakan suatu hubungan di mana satu orang mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu. Hubungan antara pemimpin dan yang
dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya
interaksi . Gaya kepemimpinan memainkan peranan penting dalam membantu kelompok
organisasi dimanapun mereka berada. Sifat-sifat yang tampak dengan prilaku
pribadi seorang pemimpin juga memainkan posisi sangat strategis. Gaya
kepemimpinan (leadership style) , secara langsung maupun tidak
berimplikasi terhadap bawahan. Pertama adanya kesediaan menerima
petunjuk/pengarahan dari pemimpin, menentukan proses kepemimpinan sehingga
system dapat berjalan dengan baik. Kedua kepemimpinan menyangkut pembagian
kekuasaan antara pemimpin dan angggotanya. Ketiga strategi pemimpin memberikan
pengarahan kepada bawahannya, dengan menciptakan pengaruh, meyakinkan, sugesti/
hipnotis, ancaman, interogasi, penangkapan, tekanan fisik dan pembatasan
kebebasan.
Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan
manajerial yang kokoh . Menurut Timpe (Umar,2000:31) terdapat lima landasan
kepemimpinan yang kokoh yaitu : cara berkomunikasi, pemberian motivasi,
kemampuan memimpin, pengambilan keputusan, dan kekuasaan yang positif. Seorang
pemimpin yang baik harus dapat mempengaruhi kelompoknya, sebagai tanda bahwa
pemimpin tersebut dapat menjalankan tugasnya . Pemimpin organisasi masa depan
harus memiliki pandangan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan secar professional maupun secara pribadi dan
kekuasaan untuk bertahan menghadapi
kemunduran bahkan kegagalan. Pemimpin harus melihat ke depan dan mengetahui ke
mana roda organisasi akan dijalankan.
Seorang pemimpin sebaiknya mampu menjadi teladan yang
dapat memberikan motivasi bagi para pengikutnya untuk bekerja sebaik-baiknya
secara bertanggungjawab, di samping perlu memiliki visi yang jelas, wawasan
etis yang tinggi dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada para
pengikutnya. Pemimpin juga harus mampu membangun kepercayaan pengikutnya,
karena “kepercayaan adalah perekat emosional antara pengikut dan pemimpin
menjadi satu “ (Bennis dan Nanus dalam Kirana, 1997:64). Menurut Bennis (1994 :
198-199) ada empat unsure yang dapat digunakan oleh para pemimpin bisnis untuk
membangkitkan dan mempertahankan kepercayaan yaitu : keteguhan,kesesuaian,
keandalan dan integritas. Pemimpin menghormati komitmen yang dibuat dan bila
factor-faktor ini dimilikinya maka karyawan akan berpihak kepadanya dan membuat
para pengikutnya setia. Hubungan manusiawi yang menekankan suatu lingkungan
yang menyenangkan untuk bekerja, karena kondisi kerja yang bagus, nyaman,
simpatik dan memotivasi untuk bekerja giat, berpengaruh tehadap peningkatan
kinerja karyawan serta penghargaan yang layak dan dapat diterima oleh semua
pihak yang ada di lingkungan kerja tersebut, pada akhirnya mempengaruhi
kepuasan kerja. Proses memberikan motivasi
kepada bawahan sangat bergantung pada gaya kepemimpinan yang kondusif
sesuai dengan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Pada dasarnya kepemimpinan itu berkaitan dengan proses mempengaruhi orang lain sehingga orang
tersebut dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Perilaku seorang pemimpin
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan organisasi dilandasi
oleh gaya kepemimpinan yang dimainkan atau diperankannya. Kepemimpinan
merupakan salah satu bagian dari Manajemen Sumberdaya Manusia, oleh karena itu
merupakan salah satu fungsi manajemen dimana seorang pemimpin mengarahkan, dan
mempengaruhi bawahannya atau orang lain untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan pokok atau inti dari pada manajemen. Kepemimpinan
sangat erat kaitannya dengan kemampuan motivasi, komunikasi dan hubungan antar
manusia. Seorang pemimpin harus
memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja satu sama lain
memberikan kinerja yang baik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu
berhubungan manusiawi dengan orang lain (human relations) dengan baik akan
lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sesuai dengan keinginannya
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Sehingga peranan yang dimainkan disadari atau tidak akan membawa dampak
bagi lingkungannya. Tanpa kepemimpinan
yang baik, sulit bagi seorang manajer atau pemimpin untuk menjalankan fungsi
manajemen dengan semestinya. Perencanaan yang baik, organisasi yang memadai,
anggaran yang besar, sarana dan prasarana yang lengkap belum menjamin akan
diperoleh hasil kegiatan (output) yang diinginkan.
Dengan fenomena perobahan yang
begitu pesat di era globalisasi yang sekarang sedang kita hadapi, merupakan
salah satu faktor pendorong agar setiap institusi atau organisasi termasuk
organisasi pemerintahan untuk dapat memiliki keandalan atau keunggulan di
berbagai segi, baik sumberdaya manusia maupun infrastruktur pendukung lainnya.
Oleh karena itu pemimpin sebagai motor atau penggerak kebijaksanaan di
lembaganya, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan visi dan misi yang
berdimensi terciptanya keunggulan atau mutu SDM yang baik yang dihasilkan oleh
adanya kinerja atau system hubungan interpersonal dan antarpersonal yang baik,
baik dari pimpinan terhadap staf, antar staf maupun antara pimpinan dan staf
yang mempunyai sifat interdependen yang baik dalam kaitannya dengan tugas.
Dengan adanya kinerja yang baik dari seluruh sumberdaya yang ada baik
pimpinan maupun pegawai diharapkan visi dan misi tersebut akan tercapai. Dengan konsep kemandirian yang terpimpin
merupakan inspirasi bagi lembaga untuk mengetahui strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman) bagi dirinya sendiri
dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga mampu memanej secara
optimal sumberdaya yang ada. Porter (1990) memberikan empat atribut keunggulan, sebagai the diamond of national advantage,
yaitu: kondisi faktor di dalamnya, yang menyangkut skill dan infrastrukturnya,
kondisi domestic demand lembaga,
adanya supporting institution untuk berkembang dan maju, yang menunjang
berkembangnya institusi yang berkompeten, kondisi persaingan (rivalry)
domestik dan strategi yang akomodatif. Keempat kondisi tersebut menjadi
parameter kondisi yang kondusif bagi suatu institusi untuk maju sesuai
manajemen mutu berbasis masyarakat tersebut.
Dikatakan oleh Mintzberg (dalam Locke, 1997: 20) bahwa untuk bekerja dengan
baik, seorang pemimpin harus terus menerus bekerja demi sukses dan perbaikan.
Secara umum para pemimpin dan manajer melakukan sejumlah pekerjaan dengan amat
tekun. Lebih lanjut oleh Boyatzis (dalam Locke, 1997: 20) didapati bahwa para
manajer dan eksekutif unggul mempunyai orientasi efisiensi yang lebih
dibandingkan eksekutif kebanyakan, selalu ingin melakukan sesuatu dengan cara
yang lebih baik daripada yang dilakukan orang lain.
Kepemimpinan (leadership) selalu
terkait dengan kekuasaan (power),
dimana kekuasaan merupakan sarana alat untuk mempengaruhi orang lain. Proses
mempengaruhi orang lain guna mencapai suatu tujuan dikenal sebagai
kepemimpinan. Sedangkan orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain disebut pemimpin. Dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk
mencapai suatu tujuan organisasi, maka seorang pemimpin perlu memiliki
kekuasaan dan bisa menggunakannya dengan efektif.
Para pemimpin sukses harus mampu menggunakan kekuasaan terhadap para
bawahan, memerintahkan pada mereka apa yang mesti dilakukan, dan menerapkan
sanksi positif dan negatif secara tepat. Seseorang yang
tidak sanggup menggunakan kekuasaan akan mendapatkan kesulitan dalam
menjalankan peran kepemimpinannya (Locke, 1997: 3). Dalam kajian Kepemimpinan
Super (Super Leadership) yaitu
kepemimpinan yang mengarahkan orang-orang lain untuk memimpin diri mereka
sendiri, dicatat bahwa sarana-sarana mendasar dalam memantapkan komitmen dan
antusiasme yang diperlukan untuk meraih kinerja jangka panjang dalam suatu
organisasi adalah membuka lebar-lebar munculnya kepemimpinan diri (Self Leadership) dari setiap orang
(Manz dan Sims, 1989: 1-7).
Lebih lanjut pada pemimpin yang sukses menetapkan contoh-contoh dan
terlibat alam perilaku simbolik yang memberitahu para pengikut apa yang
diharapkan dari mereka, juga memberitahu perilaku-perilaku seperti apa yang
layak (Locke, 1997: 100). Kemudian dikatakan Locke dan Latham (dalam Locke,
1997: 115) bahwa untuk memperoleh umpan balik yang berguna dan tepat, harus ada
ukuran kinerja (performance measurement)
yang cermat untuk menaksir tingkat sasaran yang dibutuhkan demi tercapainya
kinerja optimal. Pemimpin harus merancang sebuah sistem dimana perilaku dan
atau kerja individual karyawan dan manajer bisa diukur secara obyektif.
Dari
pertimbangan-pertimbangan yang telah diilustrasikan kiranya tidak terlalu
berlebihan bisa peneliti berkeinginan untuk melakukan studi tentang “PENGARUH PROFIL PEMIMPIN KOMITMEN PEMIMPIN
DAN PENGGUNAAN KEKUASAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PEKERJAAN UMUM
BINA MARGA KABUPATEN PROBOLINGGO”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar