Sebagai
seorang pemimpin, usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan tidaklah
mudah. Ia harus mengelola dan menggunakan kemampuan yang dimiliki. Setiap orang
yang dilahirkan memiliki kemampuan yang berbeda‑beda, tetapi pada dasarnya
mereka memiliki tiga basic kemampuan
yang sama yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan
spiritual pemimpin. Perbedaan pengelolaan tiga basic inilah yang akhirnya membuat seseorang berbeda dalam berpikir
dan berperilaku atau melakukan tindakan. Perbedaan pengelolaan ini pula yang
dapat membuat pemimpin berbeda-beda dalam menetapkan prestasi kerja pegawai
mereka.
Banyak
tokoh yang memberikan deskripsi bahwa seorang pemimpin harus memiliki
keahlian-keahlian tertentu antara lain adalah kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pemimpin seperti yang disampaikan
oleh Patih Gadjah Mada; tokoh yang hidup pada abad 14 ini memberikan 15 sifat
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain Wicaksono Ngnoyo yang
berarti memiliki kemampuan menganalisis dan mengambil keputusan dan
Sajjawaopasama yang berarti tidak sombong, rendah hati dan manusiawi. Kedua hal
ini sudah mewakili kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Menurut Nawawi
bahwa pemimpin harus memiliki beberapa hal antara lain: mencintai kebenaran dan
hanya takut kepada Allah SWT, dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai
orang lain dan memiliki kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas
didasari kecerdasan (intelegensi) yang memadai.
Pemahaman tentang esensial perilaku kepemimpinan
menjadi semakin krusial, ketika banyak orang menyadari bahwa keberhasilan dari
organisasi sangatlah tergantung pada pemimpin dan Perilaku Kepemimpinan yang
dimilikinya. Paradigma-paradigma yang membentuk dan
memperkokoh “dimensi Perilaku Kepemimpinan” terus berubah dan berkembang.
Semakin dimensi Perilaku Kepemimpinan itu diposisikan dalam era pluralitas
akibat arus globalisasi dan modernisasi, maka arti dan nilai dari Perilaku Kepemimpinan
akan semakin hakiki dan menjadi fokus perhatian.
Pemimpin
dan Perilaku Kepemimpinan yang mampu
memandang dan mengantisipasi, menyelesaikan sebuah problematik bahkan menang
atas pertarungan, itulah yang dibutuhkan. Hanya organisasi yang mampu melakukan perbaikan
terus-menerus (continous improvement)
yang mampu untuk berkembang. Sebaliknya organisasi yang merasa puas dengan
dirinya dan mempertahankan status quo akan
tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya.
Locke (1997) melukiskan Perilaku Kepemimpinan
sebagai suatu proses membujuk (including)
orang-orang lain menuju sasaran bersama. Nilai yang terkandung dalam sebuah
definisi Perilaku Kepemimpinan menandakan bahwa pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang dapat menyakinkan bawahan akan visinya dan juga meyakinkan bahwa
mereka mempunyai andil untuk mengimplementasikan visi itu serta menggerakkan
dan mempengaruhi bawahan untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan
bersama.
Tidak sebatas pada
sebuah interaksi pemimpin dan bawahan saja, pemimpin juga harus menyadari
bahwa usaha yang dilakukan oleh seorang pegawai melalui organisasi, pada
dasarnya tertuju pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sebagai manusia, (Nawawi,
2000). Dengan kata lain, kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya merupakan
persyaratan penting dalam menempatkan pegawai pada kedudukan sesuai dengan
harkat dan martabat sebagai manusia.
Pemimpin yang mengakui
dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia akan diliputi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, yang menyadari sungguh-sungguh bahwa
kebutuhan pegawainya tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat kebendaan,
betapapun pentingnya kebutuhan itu, tetapi lebih dari itu terdapat juga
kebutuhan yang bersifat politik, sosial budaya, kebutuhan prestise dan kebutuhan
untuk memperoleh kesempatan mengembangkan potensi terpendam yang terdapat
dalam dirinya. (Siagiaan S, 1995)
Analisis Pearce et al, (2002) menyebutkan lima strategi
perilaku pemimpin (aversif, direktif, transaksional, transformasional dan
pemberdayaan pegawai), yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin untuk
mencapai efektifitas organisasi.
Nilai yang terkandung
dari masing-masing Perilaku Kepemimpinan
ini berbeda satu dengan lainnya, meskipun pada dasarnya setiap Perilaku Kepemimpinan merupakan perilaku yang
dimiliki pemimpin dalam hubungan dengan bawahan, termasuk di dalamnya pemimpin
berlandaskan dirinya pada tujuan organisasi serta visi dan misi dari
organisasi.
Setiap organisasi baik itu organisasi yang
bersifat profit oriented maupun yang
non profit oriented tidak terlepas
dari adanya kegiatan prestasi kerja
pegawai. Kegiatan prestasi kerja pegawai
ini dapat mengantar sebuah organisasi untuk mencapai target yang diharapkan,
karena itu keberhasilan suatu organisasi juga tidak lepas dari seorang
pemimpin. Dalam sebuah organisasi besar ada banyak pemimpin yang terlibat untuk
kemajuan organisasi tersebut. Masing-masing pemimpin tersebut memiliki prestasi
kerja pegawai sendiri-sendiri dan berbeda-beda antara pemimpin yang satu dengan
yang lain.
Prestasi
kerja pegawai merupakan kegiatan orang lain menuju pada pencapaian sasaran,
sehingga seorang pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mampu
mempengaruhi orang lain dengan berhasil agar berusaha mencapai sasaran. Pemimpin
yang efektif dapat memperoleh kerjasama lewat kompetensi, pendekatan pribadi
dan manajemen dalam menangani orang. Pemimpin dapat sangat mahir dalam
pengertian menyelesaikan sesuatu pekerjaan atau pengertian hubungan dengan
orang. Pada dasarnya efektivitas tergantung pada berbagai gaya dalam situasi
apapun serta derajat prestasi kerja
pegawai yang dijalankan. Efektivitas
prestasi kerja pegawai seseorang dapat bergantung dari hubungan antara
pemimpin kepada bawahan dan pekerjaan yang diselesaikan.
Nampak jelas bahwa keahlian-keahlian sang pemimpin
sesuai dengan peranannya, yang berpusat pada manusia. Timpe ( 1993) dalam
bukunya yang berjudul Kepemimpinan menyatakan bahwa deskripsi pekerjaan
pemimpin juga merefleksikan pendekatan
prestasi kerja pegawai yang berorientasi pada proses. Kompetensi paling
penting yang harus dimiliki oleh pemimpin yang menginginkan perubahan yang baik
adalah mengerti tentang sifat alamiah manusia dan berbagai kebutuhan mereka di
tempat kerja. Di samping itu pemimpin juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi,
melatih, membimbing, membina, memotivasi, dan menggambarkan visi dan
nilai-nilai organisasi dalam perilaku pribadinya. Tetapi keberhasilan pemimpin
lebih diekspresikan pada bagaimana dia bisa memenuhi tanggung jawabnya untuk
memberikan dorongan semangat pada timnya atau bawahannya agar meraih
standar-standar kualitatif dan kuantitatif, bukan menekankan tanggung jawab
dalam memenuhi tanggung jawab untuk meraih tujuan pribadi. Dengan kata lain
bahwa pemimpin yang menginginkan perubahan yang baik adalah memfokuskan
perhatiannya pertama pada manusia baru kemudian pada hasil-hasilnya, dengan
daya prestasi kerja pegawai yang dirasa
sesuai.
Menurut
Terry (Winardi,2000:50); Kepemimpinan merupakan suatu hubungan di mana satu
orang mempengaruhi orang lain agar mau bekerja kearah pencapaian sasaran
tertentu. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin bukanlah hubungan satu
arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya interaksi . Gaya kepemimpinan
memainkan peranan penting dalam membantu kelompok organisasi dimanapun mereka
berada. Sifat-sifat yang tampak dengan prilaku pribadi seorang pemimpin juga
memainkan posisi sangat strategis. Gaya kepemimpinan (leadership style) ,
secara langsung maupun tidak berimplikasi terhadap bawahan. Pertama adanya
kesediaan menerima petunjuk/pengarahan dari pemimpin, menentukan proses
kepemimpinan sehingga system dapat berjalan dengan baik. Kedua kepemimpinan
menyangkut pembagian kekuasaan antara pemimpin dan angggotanya. Ketiga strategi
pemimpin memberikan pengarahan kepada bawahannya, dengan menciptakan pengaruh,
meyakinkan, sugesti/ hipnotis, ancaman, interogasi, penangkapan, tekanan fisik
dan pembatasan kebebasan.
Kepemimpinan
yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh . Menurut Timpe
(Umar,2000:31) terdapat lima landasan kepemimpinan yang kokoh yaitu : cara
berkomunikasi, pemberian motivasi, kemampuan memimpin, pengambilan keputusan,
dan kekuasaan yang positif. Seorang pemimpin yang baik harus dapat mempengaruhi
kelompoknya, sebagai tanda bahwa pemimpin tersebut dapat menjalankan tugasnya .
Pemimpin organisasi masa depan harus memiliki pandangan yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan secar
professional maupun secara pribadi dan kekuasaan untuk bertahan menghadapi kemunduran bahkan
kegagalan. Pemimpin harus melihat ke depan dan mengetahui ke mana roda
organisasi akan dijalankan.
Seorang
pemimpin sebaiknya mampu menjadi teladan yang dapat memberikan motivasi bagi
para pengikutnya untuk bekerja sebaik-baiknya secara bertanggungjawab, di
samping perlu memiliki visi yang jelas, wawasan etis yang tinggi dan mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada para pengikutnya. Pemimpin juga harus
mampu membangun kepercayaan pengikutnya, karena “kepercayaan adalah perekat
emosional antara pengikut dan pemimpin menjadi satu “ (Bennis dan Nanus dalam
Kirana, 1997:64). Menurut Bennis (1994 : 198-199) ada empat unsure yang dapat
digunakan oleh para pemimpin bisnis untuk membangkitkan dan mempertahankan
kepercayaan yaitu : keteguhan,kesesuaian, keandalan dan integritas. Pemimpin
menghormati komitmen yang dibuat dan bila factor-faktor ini dimilikinya maka
karyawan akan berpihak kepadanya dan membuat para pengikutnya setia. Hubungan
manusiawi yang menekankan suatu lingkungan yang menyenangkan untuk bekerja,
karena kondisi kerja yang bagus, nyaman, simpatik dan memotivasi untuk bekerja
giat, berpengaruh tehadap peningkatan kinerja karyawan serta penghargaan yang
layak dan dapat diterima oleh semua pihak yang ada di lingkungan kerja
tersebut, pada akhirnya mempengaruhi kepuasan kerja. Proses memberikan
motivasi kepada bawahan sangat
bergantung pada gaya kepemimpinan yang kondusif sesuai dengan lingkungan kerja
yang menyenangkan.
Pada dasarnya kepemimpinan itu
berkaitan dengan proses mempengaruhi
orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
Perilaku seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan organisasi dilandasi oleh gaya kepemimpinan yang dimainkan atau
diperankannya. Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari Manajemen
Sumberdaya Manusia, oleh karena itu merupakan salah satu fungsi manajemen
dimana seorang pemimpin mengarahkan, dan mempengaruhi bawahannya atau orang
lain untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Pada umumnya para ahli
berpendapat bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan pokok atau inti dari pada manajemen. Kepemimpinan
sangat erat kaitannya dengan kemampuan motivasi, komunikasi dan hubungan antar
manusia. Seorang pemimpin harus
memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja satu sama lain
memberikan kinerja yang baik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu
berhubungan manusiawi dengan orang lain (human relations) dengan baik akan
lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sesuai dengan keinginannya
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Sehingga peranan yang dimainkan disadari atau tidak akan membawa dampak
bagi lingkungannya. Tanpa kepemimpinan
yang baik, sulit bagi seorang manajer atau pemimpin untuk menjalankan fungsi
manajemen dengan semestinya. Perencanaan yang baik, organisasi yang memadai,
anggaran yang besar, sarana dan prasarana yang lengkap belum menjamin akan
diperoleh hasil kegiatan (output) yang diinginkan.
Dengan fenomena perobahan yang begitu pesat di
era globalisasi yang sekarang sedang kita hadapi, merupakan salah satu faktor
pendorong agar setiap institusi atau organisasi termasuk organisasi
pemerintahan untuk dapat memiliki keandalan atau keunggulan di berbagai segi,
baik sumberdaya manusia maupun infrastruktur pendukung lainnya. Oleh karena itu
pemimpin sebagai motor atau penggerak kebijaksanaan di lembaganya, memiliki
tanggung jawab dalam mengembangkan visi dan misi yang berdimensi terciptanya
keunggulan atau mutu SDM yang baik yang dihasilkan oleh adanya kinerja atau
system hubungan interpersonal dan antarpersonal yang baik, baik dari pimpinan
terhadap staf, antar staf maupun antara pimpinan dan staf yang mempunyai sifat
interdependen yang baik dalam kaitannya dengan tugas.
Dengan adanya kinerja yang baik
dari seluruh sumberdaya yang ada baik pimpinan maupun pegawai diharapkan visi
dan misi tersebut akan tercapai. Dengan
konsep kemandirian yang terpimpin merupakan inspirasi bagi lembaga untuk
mengetahui strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan
threats (ancaman) bagi dirinya sendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga
lainnya, sehingga mampu memanej secara optimal sumberdaya yang ada. Porter
(1990) memberikan empat atribut
keunggulan, sebagai the diamond of
national advantage, yaitu: kondisi faktor di dalamnya, yang menyangkut skill
dan infrastrukturnya, kondisi domestic demand lembaga, adanya supporting institution untuk
berkembang dan maju, yang menunjang berkembangnya institusi yang berkompeten,
kondisi persaingan (rivalry) domestik dan strategi yang akomodatif.
Keempat kondisi tersebut menjadi parameter kondisi yang kondusif bagi suatu
institusi untuk maju sesuai manajemen mutu berbasis masyarakat tersebut.
Dikatakan oleh Mintzberg (dalam
Locke, 1997: 20) bahwa untuk bekerja dengan baik, seorang pemimpin harus terus
menerus bekerja demi sukses dan perbaikan. Secara umum para pemimpin dan
manajer melakukan sejumlah pekerjaan dengan amat tekun. Lebih lanjut oleh
Boyatzis (dalam Locke, 1997: 20) didapati bahwa para manajer dan eksekutif
unggul mempunyai orientasi efisiensi yang lebih dibandingkan eksekutif
kebanyakan, selalu ingin melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik daripada
yang dilakukan orang lain.
Kepemimpinan (leadership) selalu terkait dengan kekuasaan (power), dimana kekuasaan merupakan sarana alat untuk mempengaruhi
orang lain. Proses mempengaruhi orang lain guna mencapai suatu tujuan dikenal
sebagai kepemimpinan. Sedangkan orang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain disebut pemimpin. Dalam rangka mempengaruhi
orang lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi, maka seorang pemimpin perlu
memiliki kekuasaan dan bisa menggunakannya dengan efektif.
Dari
pertimbangan-pertimbangan yang telah diilustrasikan kiranya tidak terlalu
berlebihan bisa peneliti berkeinginan untuk melakukan studi tentang “ Pengaruh perilaku pemimpin dan
komitmen pemimpin Terhadap Kinerja
Pegawai Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar