Dalam beberapa tahun terakhir ini, para ahli di bidang
Sumber Daya Manusia (SDM) semakin banyak mengarahkan perhatiannya pada perilaku
organisasi (organizational
behaviors) baik pada tingkatan manajer level atas maupun pekerja atau pegawai secara keseluruhan. Perkembangan
serta kemajuan di berbagai bidang, yang ditandai dengan terjadinya
perubahan-perubahan yang berarti pada lingkungan organisasi, ikut merangsang
berkembangnya tingkat profesionalitas yang
berorientasi pada keunggulan kompetitif untuk memenangkan setiap persaingan yang ada.
Untuk mencapai tingkat keunggulan bersaing yang tinggi
dan berkesinambungan,
sebuah organisasi tidak lagi semata-mata tergantung pada kemajuan teknologi yang dipergunakan ataupun posisi
strategis, akan tetapi lebih menekankan
pada pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang ada, (Pfeffer, 1995). Meskipun demikian, pengelolaan
sumber daya manusia juga tidak hanya
menekankan pada efisiensi serta efektivitas organisasi saja, tetapi juga menekankan pada tataran nilai-nilai individu yang
dianut oleh pegawai. Hal tersebut
menjadi salah satu elemen pokok dalam
organisasi yaitu kesediaan dan kemauan para pegawai untuk memberikan daya
upaya mereka secara nyata pada tercapainya tujuan organisasi secara menyeluruh.
1
Menurut
Gibson (1996), iklim organisasi merupakan serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dijalani dan dinilai langsung
maupun tidak langsung oleh pegawai, yang
dianggap menjadi kekuatan utama dalam mernpengaruhi perilaku individu. lklim organisasi, mempunyai fungsi mempengaruhi
tindakan pegawai sebagai individu
yang mandiri atau bagian dari sebuah interaksi kelompok maupun sebagai bagian kolektif dari organisasi. Singkatnya, bahwa
adanya iklim organisasi yang baik dan kondusif akan
mempengaruhi produktivitas, komitmen, prestasi kerja, dan kepuasan kerja pegawai.
Davis
(1985), menyatakan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan manusia
dimana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Pengertian ini
mengacu pada lingkungan suatu departemen, unit perusahaan yang penting atau suatu
organisasi secara keseluruhan. Pada gilirannya, iklim dipengaruhi dan/atau mempengaruhi
hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim adalah merupakan
suatu konsep sistem yang dinamis.
Organisasi yang memperlakukan pegawainya sesuai dengan martabat dan
integritasnya, akan menghasilkan peningkatan
moral, kinerja dan produktivitas, serta menekan tingkat pergantian
pekerja, meningkatkan kepuasan, dan meningkatkan reputasi dan kredibilitas
organisasi secara menyeluruh. Menurut Lewis, Goodman, dan Fandt (2001), pegawai
yang bekerja dalam sebuah organisasi yang menganut nilai-nilai etis dan iklim
organisasi yang baik, akan merasakan keuntungan ganda karena mereka tahu bahwa mereka
akan dilindungi baik secara organisatoris, maupun dengan lingkungan sosialnya.
Sebaliknya, sebagian besar pegawai akan menyatakan perasaan tidak nyaman ketika
mereka bekerja dalam sebuah organisasi yang
menunjukkan iklim yang tidak kondusif.
Purnomosidhi (1996) menyatakan bahwa iklim organisasi yang tidak menunjang penampilan kerja yang produktif,
penyediaan teknologi dan kondisi kerja yang tidak memadai, arus
komunikasi yang tidak menunjang dalam artian jumlah maupun kualitas, praktek
pengambilan keputusan yang tidak obyektif di semua organisasi maupun kesejahteraan pegawai yang kurang diperhatikan di
sisi lain, akan mengakibatkan
rendahnya tingkat kepuasan dan prestasi kerja.
Sims dar Kroeck (1994) menyatakan
bahwa iklim etis dalam organisasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya komitmen dan kepuasan
kerja karyawan. Hal ini menunjukkan kejelasan pengaruh atau hubungan
yang erat, bahwa dengan menangani dan menciptakan iklim yang kondusif dalam organisasi, akan berdampak pada timbulnya komitmen
yang kuat dari karyawan untuk bertahan dan memajukan serta meningkatkan
kinerja organisasi.
Satu hal yang sangat mendasar bahwa untuk membangun
komitmen, baik pada tataran individu maupun
pada tataran organisasional secara menyeluruh, tidak terlepas dari
kemampuan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan menunjang. Gejala yang seringkali
muncul dalam sebuah organisasi baik bisnis maupun publik sebagai akibat dari
kurang stabilnya organisasi adalah rendahnya tingkat kepuasan kerja dan
prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai. Akibat paling ekstrim
yang dapat ditimbulkan oleh ketiga hal di atas adalah terjadinya pemogokan, kelambanan, kemangkiran, dan tingkat
keluarnya karyawan yang cukup
tinggi.
Davis (1996) menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerja yang
tinggi dari pegawai merupakan tanda bahwa
organisasi telah dikelola dengan baik, dan merupakan hasil dari manajemen
perilaku yang efektif. Kepuasan dan prestasi kerja adalah sebuah tolak ukur
terhadap suatu proses pembangunan dan pengembangan iklim yang berkelanjutan
dalam organisasi.
Tingkat kepuasan kerja juga dianggap
sangat penting sebagai sebuah proses pencapaian aktualisasi Diyakini bahwa
pegawai yang tidak dapat memperoleh kepuasan kerja, tidak akan mencapai
kematangan psikologis yang pada gilirannya akan menyebabkan stres, serta
berimplikasi pada pencapaian kinerja yang tidak rnaksimal. Strauss dan Sayless
(1996) menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerja mempunyai arti yang sangat penting
baik bagi pegawai maupun bagi organisasi, terutama karena hal ini dapat
menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja serta pencapaian prestasi
kerja yang lebih baik.
Salah satu upaya dalam
meningkatkan kepuasan kerja pegawai adalah dengan menciptakan lingkungan kerja
atau iklim organisasi yang kondusif dan menguntungkan.
Perilaku pemimpin dalam hal ini sangat menentukan terciptanya keadaan tersebut, dimana keberadaan iklim pada
kebanyakan organisasi dibentuk oleh
kepemimpinan yang tepat dan dkomunikasikan juga secara tepat dengan para
bawahan secara keseluruhan.
Kepuasan kerja dan prestasi kerja adalah merupakan variabel organisasi yang sangat penting untuk terus diteliti dan
dipelajari, karena terkait erat dengan berbagai proses penting dalam
aktivitas keorganisasian diantaranya motivasi, komitmen, dan pergantian pegawai
(Kohn dan Boo, 2001). Seseorang secara individual dapat mencapai tingkat
kepuasan kerja dan kinerja yang baik dalam kondisi
tertentu, akan tetapi pada kondisi lain dia tidak dapat mencapainya. Hal yang penting
untuk dipelajari adalah apakah eksekutif atau pejabat di Indonesia dapat
mencapai level tertentu dari kepuasan kerja serta kinerja yang maksimal dalam organisasi mereka.
Kenyataan ini dianggap berlaku universal baik pada organisasi bisnis maupun
pada organisasi publik. Pada organisasi bisnis, dalam operasionalnya dituntut
untuk mampu menciptakan kondisi iklim yang
kondusif baik secara organisatoris maupun dalam hubungannya dengan
masyarakat. Sebagai perusahaan yang independen harus mampu bekerja secara mandiri tanpa intervensi dari pihak manapun.
Maka dengan iklim organisasi yang
baik dan kondusif, hal ini memungkinkan untuk dicapai, dan selanjutnya akan berimplikasi
pada tercapainya tingkat kepuasan kerja dan kinerja aparat secara maksimal serta tercapainya tujuan organisasi
secara menyeluruh.
Perusahaan merupakan organisasi yang harus dapat dikelola dengan profesional dan dituntut agar memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan kualites
kinerja yang lebih baik. Keberadaan karyawan dengan integritas dan kualifikasi
tertentu untuk menduduki suatu jabatan strategis, adalah sangat penting untuk menjadi
pertimbangan. Dalam artian yang lebih luas, produktivitas serta kualitas
pelayanan akan sangat mempengaruhi persepsi masyarakat dalam menilai kinerja perusahaan secara organisasional.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas perusahaan, tentu saja berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan
ini harus memperhatikan tingkat kepuasan kerja sekaligus prestasi kerja karyawannya. Tingkat
kepuasan kerja tidak terlepas dari pengaruh kondisi iklim organisasi yang
berlaku. Demikian pula halnya dengan prestasi kerja, masyarakat akan
menunjukkan tingkat penerimaan dan pemahaman yang tinggi ketika perusahaan
dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dan berkualitas. Kondisi yang diharapkan adalah keselarasan antara
keadaan yang ada
dengan harapan-harapan karyawan, dimana kepuasan atas dasar persepsi mereka terhadap iklim organsasi menjadi
sesuatu yang perlu dipertimbangkan.
Kesimpulannya, secara teoritis terdapat pengaruh antara iklim organisasi terhadap komitmen, kepuasan
kerja, dan prestasi kerja pegawai.
Oleh karena ttu akan sangat berguna jika dilakukan penelitian untuk mendapatkan bukti-bukti empiris mengenai
hubungan iklim organisasi dengan komitmen,
kepuasan, dan prestasi kerja pegawai, apakah akan mengalami penurunan kuantitas maupun kualitas
hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja karyawannya. Hal ini
berhubungan dengan iklim organisasi, komitmen dan kepuasan kerja.
Dari latar
belakang di atas, penelitian ini akan melihat hubungan antara iklim organisasi dengan
komitmen, tingkat kepuasan kerja dan prestasi kerja. Oleh karena itu, penelitian mengambil judul Pengaruh lklim
Organisasi terhadap Komitmen
dan Kepuasan Kerja serta Implikasinya pada Prestasi Kerja (Studi pada
PT. PLN (Persero) UP Dinoyo Malang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar