PENGARUH MOTIVASI UPAH, KONDISI KERJA, KEBUTUHAN SOSIAL, PENGHARGAAN DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN (331)

 

Setiap organisasi harus mampu menyusun sebuah kerangka yang tepat bagaimana sebaiknya motivasi itu diberlakukan pada setiap individu yang terlibat di dalamnya. Secara skematik motivasi lalu menjadi tugas kepemimpinan dimana jajaran pemimpin mengkonseptualisasikan dan sekaligus mengimplementasikan motivasi itu untuk seluruh jajaran karyawan, pegawai dan terhadap seluruh jajaran karyawan, pegawai dan terhadap sumber daya manusia (SDM) yang bertugas diberbagai lini. Realitas ini bahkan telah membentuk postulat bahwa pencapaian tujuan-tujuan organisasi melalui mobilisasi sumber daya manusia antara lain ditentukan oleh ketepatan dalam menyusun kerangka motivasi itu.

1

 
Hingga pada perkembangan mutakhir ilmu dan teknologi dimana perkembangan ilmu dan teknologi tersebut menjadi faktor determinan bagi terjadinya perubahan dan perkembangan organisasi, posisi strategis motivasi. ternyata tidaklah pernah surut. Begitupun dengan kian berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta kian luasnya otomatisasi administrasi di perkantoran-perkantoran modern, tidaklah dapat dijadikan alasan untuk mendesak ke pinggir pentingnya motivasi itu. Kian meluasnya aplikasi komputer yang berakibat pada munculnya pola hubungan kerja yang bersifat dispersonal dalam organisasi malah memperbesar kecenderungan untuk melakukan perjumpaan face to face secara lebih intensif. Dalam konteks yang demikian itulah motivasi benar-benar mengemuka sebagai katalis yang menyambungkan hubungan batin, emosional, profesionalitas, dan intelektualitas antara jajaran pimpinan dan karyawan dalam sebuah organisasi.

Suatu argumen yang tidak bisa dinafikan begitu saja menyatakan bahwa efektifitas kepemimpinan dalam organisasi antara lain dapat dilihat dari kemampuan jajaran kepemimpinan memberikan motivasi kepada para pegawai pada umumnya. Dari motivasi itulah para pegawai atau lapisan SDM pada seluruh lini organisasi diarahkan untuk menjalankan perannya secara optimal. Dengan demikian motivasi merupakan sebuah metode bagaimana pegawai dan SDM pada setiap lini organisasi ditangani secara tepat oleh jajaran kepemimpinan demi mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Sebagai sebuah perspektif motivasi kerja dapat dihubungkan secara kuat dengan dinamika kepemimpinan pada sebuah organisasi. Mustahil membicarakan tentang adanya motivasi kerja tanpa terlebih dahulu memperhatikan kuatnya posisi kepemimpinan. Di satu sisi jajaran kepemimpinan dalam organisasi merupakan pihak yang paling otoritatif dalam menyusun dan melaksanakan motivasi itu. Di sisi yang lain motivasi kerja merupakan kebutuhan yang selalu hidup dalam diri para karyawan, pegawai dan pada jajaran SDM organisasi.

Motivasi kerja tidak hanya muncul atas alasan kebutuhan ekonomis semata dalam bentuk uang. Banyak orang yang dengan senang hati bekerja terus sekalipun orang-orang tersebut sudah tidak lagi membentuk uang dan materi. Secara psikologis dapat dijelaskan bahwa orang semacam ini ganjaran yang paling baik dari pekerjaan yang telah dilakukan adalah nilai sosial dalam bentuk penghargaan, respek dan kekaguman kawan-kawan terhadap dirinya. 

Dalam pengertian yang lebih luas motivasi mengacu pada sebab-sebab munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dari sini lalu muncul perluasan makna tentang motivasi dimana motivasi lalu diartikan sebagai kehendak untuk mencapai status, kekuasaan, dan pengakuan yang lebih tinggi. Bagi setiap individu motivasi justru dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan melalui peningkatan kemampuan, pelatihan dan perluasan pengetahuan. Sehingga motivasi merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan manusia. Namun pernyataan tersebut tidaklah berarti membuat setiap manusia memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi. Pada kasus per kasus kehidupan individu motivasi bisa saja berhenti sebagai sebuah kekuatan laten yang tersembunyi yang membutuhkan manifestasi atau potensi yang masih membutuhkan aktualisasi. Pada individu semacam inilah motivasi masih perlu digerakkan oleh kekuatan-kekuatan lain diluar individu itu sendiri, termasuk kekuatan lain itu adalah pemimpin dan kepemimpinan.

Dalam hubungannya dengan motivasi kerja Maslow menyusun sebuah hirarkhi tentang kebutuhan manusia. Hirarkhi-hirarkhi itu dari tingkatannya yang paling bawah hingga pada tingkatannya yang paling atas meliputi kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan ego/kehormatan diri (ego or self esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Dari klasifikasi tersebut menggambarkan bahwa motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang tergantung pada keberadaan seseorang dalam sebuah hirarkhi kebutuhan yang meningkat. Semakin tinggi keberadaan seseorang dalam hirarkhi tersebut maka semakin tinggi pula motivasinya untuk melakukan hal-hal besar demi mencapai sebuah sukses dan prestasi.

Prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seorang karyawan selama, periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Suprihanto, 1988:7). Penilaian prestasi kerja yang dilakukan haruslah berkesinambungan dan merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis, sehingga dapat menilai karyawan dengan seobyektif mungkin. Handoko (1996:135) memberi pengertian tentang penilaian prestasi kerja atau performance appraisal adalah suatu proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan/pegawai.

Penyuluh KB muda merupakan bagian dari suatu aktivitas Badan di Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo yang menangani hal-hal sebagai berikut :

a.             Mengolah, menganalisa dan mengevaluasi data basis KB

b.            Menyusun rencana program penyuluh KB tingkat Pedesaan

c.             Melakukan penyuluhan KB

d.            Mendapatkan akseptor baru

e.             Melakukan evaluasi pelaksanaan program tingkat Kecamatan

f.              Membimbing penyuluh KB dibawahnya

g.            Melatih/mengajar pada penyuluh/kursus KB

h.            Membuat petunjuk/informasi program KB

i.              Melakukan pengujian terhadap laporan dan hasil-hasil survey

j.              Menyelenggarakan konsultasi

k.            Membuat laporan penyuluhan KB di tingkat Kecamatan

l.              Melakukan pelayanan kontrasepsi

m.          Melakukan pelayanan program integrasi

n.            Melakukan pembinaan institusi dan atau kader KB

o.            Melakukan kegiatan/karya ilmiah

p.            Merumuskan, mengembangkan system penyuluh KB berdasarkan arah kebijaksanaan yang ada dan realitas di lapangan

 Kondisi yang demikian itu dapat terwujud apabila manajemen di organisasi ini mampu memberikan support kepada para karyawannya untuk terus meningkatkan prestasi kerjanya. Support tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk material maupun non material dengan kata lain dukungan tersebut merupakan motivasi bagi peningkatan prestasi kerja para karyawan. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan para karyawannya mulai dari kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan ego/kehormatan diri (ego or self esteem needs) sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).

 Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger