Masalah manajemen sumberdaya manusia
yang berhubungan dengan organisasi akhir-akhir ini sangat penting dan banyak
diperbindangkan dalam kaitannya dengan produktivitas kinerja pegawai. Dimana
pada hakikatnya bagaimana orang dapat dikelola dengan cara yang terbaik untuk
kepentingan organisasi. Pada dasarnya organisasi adalah strategi besar yang
diciptakan untuk mengatur orang-orang yang bekerja bersama-sama di dalam
organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan usaha-usaha
interaksi kerjasama dan koordinasi antar individu.
Organisasi menurut Schein (1982) yang dikutip oleh (Muhammad, 2002) yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan
satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan
aktivitas dalam organisasi tersebut.
Sementara individu-individu di dalam
organisasi berasal dari lingkungan yang berbeda-beda, oleh karena itu
diperlukan pemahaman faktor psikologi, sosiologi, psikologi sosial dan
antropologi, sehingga perubahan individu akan dapat terlihat dengan menggunakan
unsur-unsur psikologi, sosiologi, psikologi sosial dan antropologi dalam
kegiatan-kegiatan suatu organisasi.
Dari pandangan diatas dapat dikatakan
bahwa sesuatu dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang setelah direncanakan, dikoordinasikan dan dievaluasi
melewati suatu proses komunikasi yang efektif. Mengingat perlu melakukan
kerjasama dalam organisasi atau perusahaan antara atasan dan bawahan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan perlu adanya media komunikasi
agar masing-masing individu mengetahui segala tugas, kewajiban dan tanggung
jawab yang telah diembannya.
Karena komunikasi sangat penting
diperlukan oleh manajer untuk efektifitas kepemimpinan, perencanaan,
pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konflik dan interaksi antara pegawai.
Sebagaimana yang dikutip (Ahmad Tohardi, 2002) dari KA Wexley dan GA Yulk
(1992) bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi,
karena komunikasi diperlukan bagi efektivitas kepemimpinan, perencanaan,
pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konfik serta proses-proses
organisasi lainnya.
Komunikasi dipandang sebagai proses yang
peranannya sangat besar, dimana komunikasi dapat memperlihatkan suatu perubahan
yang dapat terjadi secara langsuns maupun tidak langsung (Mutrammad, 2002).
Komunikasi dipandang suatu kemampuan pemahaman antar individu dan dipandang
sebagai alat penyesuaian personel dalam memahami situasi dan masalah.
Sebagaimana yang dikutip (Muhammad,
2002) bahwa komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh
karena itu para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu
memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka Kohler (1981). Untuk
mencapai komunikasi yang efektif dalam pemindahan informasi dan kemampuan pemahaman
antar individu, antar pengirim dan penerima informasi hendaknya memiliki suatu
kesamaan mengenai sifat individu, pengalaman, sosial budaya, pengetahuan dan
usianya, sehingga dapat menerima, menyerap informasi dengan baik dan tepat.
Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai
pelaksana dari sistem komunikasi atau program komunikasi khusus dapat diukur,
sehingga kualitas dan kinerja ekskutif, pejabat dan staf komunikasi dapat
diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaiki secara sistematis, sehingga
efektifitas dan efisiensi komunikasi dapat meningkat (Hardjana, 2000). Tujuan
yang ingin dicapai setiap orang tentu berbeda-beda, namun pada dasarnya jika
dikaitkan dengan aktivitas dalam organisasi atau perusahaan, tentunya ingin
memperoleh kepuasan kerja dan meningkatkan kinerja.
Sistem komunikasi diciptakan untuk
membantu manajemen mengambil keputusan dalam perencanaan, pengawasan dan
kegiatan organisasi lainnya. Dilihat dari sudut pandang manajemen komunikasi,
membantu manajer dalam perencanaan, pengoperasian, pengaturan staf, pengarahan
dan pengendalian kelompok kerja untuk meningkatkan prestasi kerja (Keith Davis
& John W. Newstcom, 1985).
Dan sering kali komunikasi dalam
organisasi dilakukan melalui satu arah atau dari atas kebawah melalui suatu
brosur internal kepada para pegawai, sehingga komunikasi interpersonal sangat
sedikit. Disamping itu para manajer tidak tertarik feed back dari pegawai
bawahannya. Dengan komunikasi satu arah tersebut pegawai banyak mendapatkan
informasi dari pimpinan, namun tidak mendapatkan dorongan mental yang mendalam,
sehingga perubahan perilaku yang diharapkan tidak dapat tercapai, akibat
komunikasi yang kurang efektif.
Dari uraian tersebut diatas, maka perlunya
diteliti Perilaku Individu, Komunikasi yang Efektif terhadap Kinerja Pegawai.
Hal ini perlu sekali untuk diketahui
bagi organisasi, bahwa kinerja pegawai akan baik apabila komunikasi antara pegawai
dan pimpinan berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar