Suatu perusahaan atau organisasi untuk
mencapai keunggulan yang berkesinambungan, tidak lagi hanya bergantung pada
teknologi, hak paten, ataupun posisi strategis, tetapi lebih menekankan pada
bagaimana perusahaan mengelola tenaga kerja (SDN).
Agar sumber daya manusia dalam
organisasi dapat bekerja dengan efektif dan efisien, maka kepemimpinan memegang
peranan penting untuk dapat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan guna mencapai
tujuan organisasi sacara efektif dan efisien (Siagian, 1989).
Untuk itu peranan pemimpin sangat besar
dalam hal pemberian motivasi maka peranan pemimpin tersebut sangat perlu diperhitungkan
dalam rangka peningkatan kinerja. Hal ini sesuai dcngan yang dikemukakan oleh
Siagian (1989) bahwa kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan
sebagai pemimpin satuan kerja mempengaruhi perilaku orang lain terutama
bawahannya, untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku
yang positif ia memberikan sumbasih yang nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Salah satu faktor untuk meningkatkan
kinerja adalah motivasi. Motivasi dalam hal ini dipengaruhi oleh faktor yang
ada dalam diri sendiri dan faktor dari luar dirinya.
Motivasi merupakan masalah yang sangat
penting dalam setiap usaha sekelompok orang yang bekerja sama maupun secara
individual dalam rangka
pencapaian tujuan tertentu. Motivasi penting karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hal yang optimal.
Pemberian motivasi kerja merupakan suatu
yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja dimana motivasi kerja individu
untuk bekerja dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya. Oleh sebab itu setiap
organisasi dituntut untuk merendanakan, mengadakan ketentuan-ketentuan dan
sarana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pegawai.
Kebutuhan dapat dipandang sebagai pembangkit, penguat atau penggerak perilaku
seseorang.
Setiap individu mau bekerja untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan (fisik dan mental), balik itu kebutuhan yang
disadari (conscious needs) maupun
kebutuhan yang tidak disadari (unconscious
needs). Kebutuhan setiap orang adalah sama, misalnya setiap orang butuh
makan dan minum tetapi keinginan dari setiap orang tidak sama karena dipengaruhi
oleh selera, kebiasaan dan lingkungannya.
Hasibuan (1999) rnenyatakan bahwa adapun
kebutuhan dan keinginan tiap orang terbagi men.jadi tiga kelompok
yakni:
1. Kebutuhan fisik dan keamanan: menyangkut
kebutuhan fisik (biofogis), seperti
makan, minum, tempat tinggal dan lain-lain, disamping kebutuhan akan rasa aman dalam menikmatinya.
2. Kebutuhan sosial : karena manusia
tergantung satu sama lain, maka terdapat berbagai kebutuhan yang hanya bisa
dipuaskan, jika masing-masing individu ditolong atau diakui oleh orang lain.
3. Kebutuhan egoistic : ini berhubungan
dengan keinginan orang untuk bebas mengerjakan sesuatu sendiri dan puas karena
berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pegawai,
diharapkan mampu mempengaruhi pegawai melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
yang diinginkan oleh pegawai sehingga pegawai akan termotivasi untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi atau
perusahaan.
Pegawai yang kurang termotivasi
cenderung akan bersikap acuh tak acuh terhadap pekerjaan, sering absensi dan
kurang bergairah. Motivasi merupakan hal yang sering dibicarakan oleh
organisasi atau perusahaan yang ingin mendayagunakan pegawainya semaksimal
mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan kesesuaian antara
kebutuhan pegawai dan tujuan perusahaan sehingga seorang, pemimpin harus membicarakannya
dengan pegawai secara terbuka, sehingga pegawai mengerti apa yang menjadi
kewajibannya dan apa yang menjadi haknya.
Herzberg (dalam Robbins, 1996)
menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yakni faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik seperti: prestasi, pengakuan
diri, kerja itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan. Sedangkan faktor
ekstrinsik seperti : kebijakan dari pimpinan perusahaan, penyeliaan, hubungan
antar pribadi dan kondisi kerja.
Melihat pentingnya pemberian motivasi
dalam meningkatkan kinerja pegawai, maka sudah sepatutnya motivasi diberikan
pada setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Suatu kinerja dari pegawai
yang baik merupakan suatu
langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi sehingga kinerja merupakan
sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Dari latar
belakang tersebut, jelaslah bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan seseorang
dalam memotivasi pegawai dalam rangka meningkatkan kinerja, tidaklah tergantung
pada besarnya gaji atau bonus semata. Memotivasi pegawai haruslah dilakukan
dengan mengetahui beberapa komponen yang mempengarahi mereka dalam pekerjaan.
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang : “Pengaruh
Motivasi Ekstrinsik Dan Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Pegawai Sub Bagian
Perangkat dan Pengembangan Lembaga Desa Kabupaten Probolinggo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar