PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN, KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSEPSI PERAN TERHADAP KEPUASAN KERJA DI... (366)

 

Setiap organisasi tentu memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan-tujuan tersebut dapat diraih dengan mendayagunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada. Salah satunya adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia secara baik agar dapat membantu manajemen mencapai tujuan serta bagaimana sumber daya manusia dapat memberdayakan fungsi-fungsi strategis dalam organisasi.

Untuk itu suatu organisasi harus memperlakukan individu secara manusiawi dengan memberikan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan akan makan, tempat tinggal, memberi jaminan perlindungan, keamanan serta menghindarkan dari tekanan yang berat di tempat kerja, di samping itu juga kesempatan berinteraksi dan mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, memberikan penghargaan serta kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Keadaan ini membuat pimpinan organisasi harus dapat memperhatikan kebutuhan dan keinginan karyawannya dalam bekerja. Setiap orang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda tergantung dari motivasi mereka bekerja. Karena pada dasarnya individu dalam bekerja mempunyai harapan-harapan yang ingin dipenuhinya. Harapan-harapan ini muncul karena adanya berbagai macam kebutuhan yang ada pada diri karyawan tersebut. Tetapi seringkali harapan yang ada tidak selalu sesuai dengan kenyataannya.

Kesenjangan  antara  harapan dan kenyataan yang diperoleh  selama bekerja akan  menimbulkan  penilaian  tersendiri  yang mempengaruhi  kepuasan kerja dari pihak karyawan  terhadap tempat  ia bekerja. Penilaian  itu bisa  dimanifestasikan  dalam berbagai  perilaku antara  lain mangkir daripekerjaannya, pindah kerja, adanya konflik antar individu, stres kerja,  dan tidak ada semangat kerja dan lain-lain.

Dalam era persaingan global yang penuh ketidakpastian saat ini, salah satu potensi yang harus dipikirkan untuk selanjutnya dikembangkan guna menopang perumusan strategi perekonomian bagi suatu negara adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam konteks ini, SDM perlu mendapat perhatian dan pengkajian lebih tajam serta diberi bobot yang lebih besar, karena bagaimanapun juga manusialah yang akhirnya menentukan dan memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijaksanaan, strategi maupun langkah-langkah kegiatan operasional.

Memperhatikan SDM secara individual, maka variabel-variabel psikologis individu menjadi sangat penting. Anynomous (1996) mengatakan bahwa factor ­faktor psikologis sama pentingnya dengan faktor-faktor fisik untuk dapat meramalkan keluhan-keluhan dalam kerja. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang terjadi dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kepuasan kerja, sama pentingnya dengan upaya menghilangkan bahaya-bahaya fisik ditempat kerja, karena pegawai yang merasa tertekan oleh pekerjaan mereka adalah orang-orang yang tidak puas.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri dan masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Bagi industri, penelitian tentang kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Selanjutnya, masyarakat tentu akan menikmati hasil kapasitas maksimum dari industri serta naiknya nilai manusia didalam konteks pekerjaannya (As'ad, 1993).

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional para karyawan yang menyenangkan dalam memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1997). Kondisi demikian memang haruslah dipertahankan pada diri seorang pekerja, karena dalam kondisi tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap sikapnya, sehingga dapat diharapkan dapat menyumbangkan hasil kerja yang maksimal.

Menurut Davis dan Newstrom (1996), salah satu gejala dari rusaknya kondisi dalam suatu organisasi adalah rendahnya kepuasan kerja. Dalam bentuk yang paling sinis gejala yang ada bersembunyi dibelakang pemogokan liar, pelambanan kerja, kemangkiran, pergantian pegawai, rendahnya prestasi, rendahnya kualitas, produk, masalah-masalah disipliner, dan sebagainya. Sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh para manajer karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda bahwa organisasi dikelola dengan baik.

Banyak faktor yang mendorong terciptanya kepuasan kerja seseorang pekerja, karena pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya (As'ad, 1998).

Cherrington (1994) juga menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam karakteristik dari pekerjaan itu sendiri, karakteristik organisasi dan karakteristik personal. Khusus mengenai karakteristik pekerjaan itu sendiri oleh Wexley dan Yukl (1992) disinyalir sebagai faktor utama yang ditemukan secara konsisten dalam pembentuk kepuasan kerja. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, yang salah satunya dinyatakan oleh Singh (1998) bahwa secara signifikan karakteristik pekerjaan mempengaruhi perilaku serta hasil kerja yang berbentuk psikologis, yang salah satunya adalah kepuasan kerja pada tenaga penjual.

Aspek karakteristik pekerjaan yang dinilai merupakan aspek ekstrinsik dari kepuasan kerja. Sejalan dengan konsep tersebut, penelitian ini memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan aspek ekstrinsik dari kepuasan kerja, yaitu karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Individu dan Persepsi Peran.

Hal ini didasarkan bahwa karakteristik pekerjaan disinyalir sebagai faktor utama yang ditemukan secara konsisten dalam pembentukan kepuasan kerja (Wexley & Yukl, 1992). Lebih lanjut ditegaskan pekerjaan-pekerjaan yang sangat membosankan adalah pekerjaan dengan aktivitas yang sama, sederhana dan berulang-ulang. Suatu pekerjaan yang menekankan semakin banyak keterampilan dan bakat yang relevan dengan identitas diri pekerja, maka pekerjaan menjadi semakin lebih merasakan bahwa ia melaksanakan pekerjaan yang berarti daripada sekedar mengisi waktu.

Siagian (1999) menyatakan bahwa berbagai penelitian telah membuktikan apabila dalam pekerjaan seseorang mempunyai otonomi untuk bertindak dan terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan yang mempunyai umpan balik tentang hasil pekerjaan yang dilakukan, maka yang bersangkutan akan merasa puas.

Peran atau posisi yang diberikan kepada seseorang dalam pekerjaannva juga disinyalir sebagai faktor yang memberikan motivasi tertentu secara ekstrinsik kepada karyawan sehingga didapat sebagai pembentuk kepuasan kerja. Peran yang dimaksud dibentuk oleh kejelasan peran, lingkup pekerjaan dan intrinsic reward. Kejelasan peran ditujukan pada seberapa jauh pekerja mengerti tugas dan kewajibannya. Pekerja cenderung menyukai pekerjaan yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan pekerjaan mana yang memiliki tujuan tugas yang jelas. Peran yang membingungkan dan yang menyebabkan konflik akan mengakibatkan kondisi stres yang pada akhirnya akan mengurangi kepuasan kerja para pegawainya.

Suharsono (1991) menemukan ada hubungan yang nyata antara peran yang dimiliki oleh seorang pekerja terhadap produktivitas kerja pada penelitian di perusahaan industri di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor peran yang selalu ada dalam suatu organisasi terutama organisasi bisnis, akan sangat mempengaruhi kinerja para karyawannya. Kondisi ini terjadi terutama apabila peran yang ada merupakan sumber stres (stressor) bagi karyawannya. Apabila tidak diatasi kondisi yang demikian akan mempengaruhi juga kepuasan kerja yang hendak dibentuk ataupun dipertahankan pada seorang karyawan.

Fenomena tentang bagaimana seorang pekerja mempersepsikan peran yang dimilikinya serta karakteristik pekerjaan yang melekat dengan tugas yang diembannya diduga akan sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, terutama pada pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas diluar yang langsung berhubungan dengan masyarakat.

Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa Ujung tombak dari fungsi hubungan kemasyarakatan sangatlah luas dan komplek, sehingga dibutuhkan seorang SDM yang memiliki kemampuan human relation. Karenanya memahami motivasi mereka serta mengetahui faktor-faktor apa yang menjadikan mereka terpuaskan dalam menjalani pekerjaannya adalah sangat penting, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan keterikatan mereka terhadap organisasi yang akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan kinerjanya.

Organisasi sebagai wadah bagi orang-orang dalam memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Pada dasarnya organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Di dalam menjalankan kerjasama tersebut dibutuhkan koordinasi, interaksi, komunikasi serta dibutuhkan persepsi yang sama agar tujuan organisasi dapat tercapai.

Organisasi harus melakukan perbaikan secara terus menerus agar dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya didalam menghadapi persaingan dengan organisasi lain. Untuk mencapai tingkat keunggulan bersaing yang tinggi dan berkesinambungan, sebuah organisasi tidak lagi semata-mata tergantung pada kemajuan tehnologi yang dipergunakan ataupun posisi strategisnya, akan tetapi lebih menekankan pada pengelolaan tenaga kerja atau sumberdaya manusia yang ada (Pfeffer, 1995). Oleh karena itu organisasi harus mampu mengembangkan sumberdaya manusia yang dimilikinya untuk dapat bersaing dan menjadi yang terbaik dilingkungannya.

Organisasi pada umumnya dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan-tujuan tertentu dan cenderung muncul dalam situasi, saat orang-orang menyadari manfaat organisasi sebagai jalan terbaik bagi pelaksanaan kegiatan kolektif. Beberapa atribut organisasi adalah :

1.      Organisasi adalah lembaga sosial yang terdiri dari sekumpulan orang-orang dengan berbagai pola interaksi yang diterapkan.

2.      Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, oleh karena itu organisasi adalah kreasi sosial yang memerlukan aturan dan kooperasi.

3.      Organisasi secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun. Kegiatan-kegiatan dibedakan menurut berbagai pola yang logis. Koordinasi bagian-bagian tugas yang saling tergantung ini memerlukan penugasan wewenang dan komunikasi.

4.      Organisasi  merupakan instrumen sosial yang memiliki batasan-batasan yang secara relatif dapat diidentifikasikan dan keberadaannya memiliki basis yang relatif permanen.

Ciri-ciri organisasi menurut Schein (1982) yang dikutip oleh Muhammad (2000) adalah memiliki struktur, mempunyai tujuan dan saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain, dan tergantung kepada komunikasi antar manusia untuk mengkoordinasikan aktifitas dalam organisasi tersebut.

Sementara itu individu-individu dalam organisasi berasal dari lingkungan yang berbeda-beda, yang membawa faktor fisiologi, psikologi, dan biografi ke dalam organisasi. Perbedaan individu ini dilihat dari karakteristiknya dengan menggunakan unsur-unsur dari fisiologi dan psikologis dalam melakukan kegiatan-kegiatan organisasi.

Dari pandangan diatas, dapat dikatakan bahwa organisasi dapat mencapai tujuannya dengan melakukan  kegiatan-kewgiatan yang telah direncanakan, dikoordinasikan, dan dievaluasi dengan melewati proses komunikasi. Mengingat yang melakukan kerjasama dalam organisasi merupakan sekelompok pelaku yang terdiri dari atasan dan bawahan, yang saling bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu diperlukan adanya media komunikasi agar masing-masing individu mengetahui segala kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Menurut Henri Simamora (2002: 12) menyatakan: Setiap organisasi memiliki tiga komponen pokok yaitu personalia, fungsi dan faktor-faktor fisik yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk mewujudkan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi yang maksimal yang tidak mungkin lepas kaitannya dengan manusia, dimana kebutuhan hidup manusia dapat tercukupi dengan cara bekerja dan mendapatkan upah sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis dari manusia itu sendiri.

Berdasarkan  pada argumentasi pemikiran rasional diatas, maka sesuai permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian, dengan mengambil judul Pengaruh karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Individu dan Persepsi Peran terhadap kepuasan Kerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar.

 Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger