PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KARAKTERISTIK ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN (382)

 

Kemajuan teknologi,  baik teknologi informatika maupun teknologi industri selalu diiringi dengan tingkat profesionalitas sumber daya manusia yang handal, hal ini disebabkan adanya suatu usaha setiap organisasi untuk mencapai keunggulan yang kompetitif dalam menghadapi persaingan. Untuk mencapai keunggulan yang berkesinambungan tidak lagi hanya bergantung pada teknologi, hak paten maupun posisi strategis tetapi lebih menekankan pada bagaimana organisasi mengelola tenaga sumber daya manusianya.

Dalam pengelolaan tenaga kerja diperlukan falsafah yang mengakui pentingnya nilai karyawan sebagai individu, karena salah satu keberhasilan organisasi memang tergantung pada prilaku individu. Karena pada dasarnya antara individu dengan organisasi mempunyai hubungan timbal balik, artinya individu tidak mungkin mencapai tujuannya tanpa melalui organisasi dan sebaliknya organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan dan sasarannya jika kerjasama sekelompok orang sebagai anggota tidak dapat diorganisir dengan baik.

Untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang efektif dan efisien, suatu organisasi harus memperlakukan individu secara manusiawi dengan memberikan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik secara fisiologis seperti kebutuhan makan dan tempat tinggal, serta kebutuhan psikologisnya seperti memberi jaminan perlindungan, keamanan serta menghindarkan dari tekanan yang berat di tempat kerja, di samping itu juga kesempatan berinteraksi dan mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, memberikan penghargaan serta kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Memperhatikan SDM secara individual, maka variabel-variabel psikologis individu menjadi sangat penting. Anynomous (1996) mengatakan bahwa faktor ­faktor psikologis sama pentingnya dengan faktor-faktor fisik untuk dapat meramalkan keluhan-keluhan dalam bekerja. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang terjadi dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kepuasan kerja, sama pentingnya dengan upaya menghilangkan bahaya-bahaya fisik ditempat kerja, karena pegawai yang merasa tertekan oleh pekerjaan mereka adalah orang-orang yang tidak puas.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, maupun organisasi dan masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Bagi organisasi, penelitian tentang kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha peningkatan kinerja organisasi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Selanjutnya, masyarakat tentu akan menikmati hasil kapasitas maksimum dari organisasi serta naiknya nilai manusia didalam konteks pekerjaannya (As'ad, 1993).

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional para karyawan yang menyenangkan dalam memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1997). Kondisi demikian memang haruslah dipertahankan pada diri seorang karyawan, karena dalam kondisi tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap sikapnya, sehingga dapat diharapkan dapat menyumbangkan hasil kerja yang maksimal.

Menurut Davis dan Newstrom (1996), salah satu gejala dari rusaknya kondisi dalam suatu organisasi adalah rendahnya kepuasan kerja. Dalam bentuk yang paling sinis gejala yang ada bersembunyi dibelakang pemogokan liar, pelambanan kerja, kemangkiran, pergantian pegawai, rendahnya prestasi, rendahnya kualitas, produk, masalah-masalah disipliner, dan sebagainya. Sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh para manajer karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda bahwa organisasi telah dikelola dengan baik.

Banyak faktor yang mendorong terciptanya kepuasan kerja seseorang pekerja, karena pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya (As'ad, 1998).

Cherrington (1994) juga menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam karakteristik dari pekerjaan itu sendiri, karakteristik organisasi dan karakteristik personal atau karakteristik individu. Khusus mengenai karakteristik pekerjaan itu sendiri oleh Wexley dan Yukl (1992) disinyalir sebagai faktor utama yang ditemukan secara konsisten dalam pembentuk kepuasan kerja. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, yang salah satunya dinyatakan oleh Singh (1998) bahwa secara signifikan karakteristik pekerjaan mempengaruhi perilaku serta hasil kerja yang berbentuk psikologis, yang salah satunya adalah kepuasan kerja pada tenaga penjual.

Individu-individu dalam organisasi berasal dari lingkungan yang berbeda-beda, yang membawa faktor fisiologi, psikologi, dan biografi ke dalam organisasi. Perbedaan individu ini dapat dilihat dari karakteristiknya dengan menggunakan unsur-unsur dari fisiologi dan psikologis dalam melakukan kegiatan-kegiatan organisasi.

Perbedaan perilaku individu dalam organisasi dapat ditelaah dengan peninjauan filogenetis, ontogenetis dan sosiologis, di mana secara filogenetis bahwa manusia berbeda antara yang satu dengan manusia yang lain karena pertumbuhan psikologis sehingga akan berpengaruh kepada daya persepsi dan kemauan konsepsinya terhadap setiap pesan komunikasi yang diterimanya dan berpengaruh pada kesediaannya melakukan kegiatan tertentu yang diinginkan pimpinan. Secara ontogenetis manusia berbeda pula antara satu dengan yang lainnya disebabkan oleh pengaruh pengalaman dan pendidikan kepada daya persepsi dan kemampuan konsepsinya terhadap setiap pesan komunikasi yang diterimanya, dan berpengaruh pada pengaturan pikiran dan perasaan saat menanggapi pesan sehingga umpan balik yang sampai kepada komunikator bersifat negative. Secara sosiologis, manusia berbeda antara satu dengan yang lain sebagai akibat pengaruh hubungan sosial dan interaksi sosialnya.

Wall and Martin dalam Spector (1997) menyebutkan bahwa karakteristik pekerjaan mengacu pada isi dan kondisi dari tugas-tugas pekerjaan itu sendiri jadi  karakteristik pekerjaan merupakan ciri yang terkandung dalam suatu  pekerjaan yang terdiri dari berbgi  dimensi inti dari  suatu pekerjaan.

Dasar pendekatan karakteristik pekerjaan adalah motivasi , kepuasan dan kinerja yang  dipandang sebagi fungsi utama desain tugas. Model karakteristik  pekerjaan mengidentifikasikan lima inti  dimensi pekerjaan  yang mempengaruhi  keadaan psikologi yaitu  variasi kecakapan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan umpan balik (Bacheren, 1982). Studi tentang pentingnya perbedaan karakteristik pekejaan  telah menemukan secara konsisten bahwa determinan utama dari  kepuasan kerja  adalah sifat dari  pekerjaan itu sendiri.

Bagaimana seoarang pekerja memberikan tanggapan terhadap materi pekerjaan akan ditentukan oleh kebutuhan kerja  disamping sifat pekerjaannya. Riset menunjukkan bahwa  hubungan antara dimensi inti dan motivasi  kerja sangat  kuat bagi pekerja yang menginginkan tanggungjawab, makna  pekerjaannya, pengendalian diri, umpan balik pelaksanaan kerja serta  kesempatan untuk  maju.

Menurut Wexley dan Yukl (1992)  dari aspek pekerjaan disebutkan bahwa karakteristik  pekerjaan sebagai faktor utama yang ditemukan  secara konsisten dalam pembentukan kepuasan kerja karyawan. Selain aspek  pekerjaan   sebagai faktor yang berpengaruh terhadap  kepuasan, faktor karakteristik organisasi juga  berpengaruh terhadap  kepuasan yang ditunjukkan  dengan kebijaksanaan dan kultur  serta hubungan antar masing-masing individu dalam organisasi.

Karakteristik Organisasi juga merupakan salah satu variabel yang dapat diangkat untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Menurut Sujak (1990) dikatakan bahwa Karakteistik Organisasi merupakan suatu kondisi  dimana setiap organisasi atau lingkungan kerja mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah dan misi lainnya  yang berpengaruh  pada  kepuasan kerja karyawan.

Menurut Weber organisasi  mempunyai  beberapa karakteristik-karakteristik  tertentu  yang dapat ditemukan di setiap orgnisasi baik kompleks  maupun  modern. Berkaitan dengan karakteristik–karakteristik organisasi  tersebut, menurut Weber model birokratik juga dapat digunakan secara efektif oleh organisasi–organisasi sebagai kebutuhan masyarakat modern. Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik  organisasi sebagai berikut :

1.      Pembagian kerja secara jelas Pembagian kerja atau spesialisasi hendaknya  sesuai dengan kemampuan teknisnya.

2.      Hirarki  wewenang  yang dirumuskan secara baik. Sentralisasi  kekuasaan berdasarkan  suatu hirarki dimana ada pemisahan  yang jelas antara tingkat –tingkat  bawahan dan atasan agar koordinasi  kerja terlaksana.

3.      Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Seleksi dan promosi bagi personalia  organisasi  didasarkan atas  kecakapan teknis  dan pendidikan latihan  serta  persyaratan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan  dan pelaksanaan tugas.

4.      Sistem prosedur bagi penanganan  situasi kerja, perlu adanya catatan tertulis  demi kontinuitas, keseragaman (Unifomitas), dan untuk maksud-maksud transaksi.

5.      Sistem aturan yang mencakup  hak-hak  dan kewajiban-kewajiban posisi  para pemegang jabatan.

6.      Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “Impersonal” ada pemisahan antara masalah-masalah pribadi dengan persoalan-persoalan resmi (Handoko, 1996).

Dalam rangka mendorong  tercapainya kepuasan pada karyawan, pimpinan organisasi harus  mempertimbangkan  hubungan faktor-faktor  tersebut. Jika karyawan merasa   kebutuhan  dan harapannya   terpenuhi tentunya  akan berusaha mengabdikan  diri sepenuhnya  pada sasaran  dan tujuan organisasi. Lebih lanjut, Rao (2000) mengatakan bahwa  karyawan akan bekerja  lebih baik jika mereka  mengetahui bahwa organisasi memberikan kepada mereka peluang untuk berkembang dan sejauh mungkin mempergunakan kemampuan  mereka.

Bagi karyawan, organisasi tidak hanya   sekedar tempat  ia mencari nafkah   untuk hidup, akan tetapi juga sebagai tempat  untuk menemukan identitas atau jati diri dan wadah untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan diri, disamping itu juga sebagai wadah untuk membuktikan kemampuan atau keahlian  yang pada akhirnya  menimbulkan kepuasan  bagi dirinya.

 Karyawan sebagai anggota  organisasi  akan merasa  puas  dengan menyadari bahwa dirinya tidak hanya   sebagai anggota  akan tetapi juga paham  terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi secara tidak langsung  karyawan akan memahami sasaran dan kebijaksanaan organisasi yang pada akhirnya  dapat berbuat dan bekerja  sepenuhnya untuk  keberhasilan  organisasi.

Kebanggaan menjadi  anggota  dari  organisasi merupakan   suatu  indikator bahwa karyawan tersebut telah memiliki identitas organisasi tersebut. Identitas ini merupakan salah satu   ciri tertanamnya  nilai mereka pada organisasi. Tertanamnya nilai tersebut  hanya mungkin terjadi  apabila dalam organisasi  itu terdapat seperangkat nilai-nilai atau karakteristik yang terbentuk sesuai dengan visi dan misi dari organisasi.

Berangkat dari uraian di atas  maka peneliti ini ingin  mengkaji  lebih  mendalam  tentang keterkaitan  antara karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik organisasi yang berpengaruh  terhadap kepuasan  kerja karyawan.

Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger