PENGARUH PROFIL PEMIMPIN, KOMITMEN PEMIMPIN DAN PENGGUNAAN KEKUASAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DI ... (337)

 

Menurut Terry (Winardi,2000:50); Kepemimpinan merupakan suatu hubungan di mana satu orang mempengaruhi orang lain agar mau bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya interaksi . Gaya kepemimpinan memainkan peranan penting dalam membantu kelompok organisasi dimanapun mereka berada. Sifat-sifat yang tampak dengan prilaku pribadi seorang pemimpin juga memainkan posisi sangat strategis. Gaya kepemimpinan (leadership style) , secara langsung maupun tidak berimplikasi terhadap bawahan. Pertama adanya kesediaan menerima petunjuk/pengarahan dari pemimpin, menentukan proses kepemimpinan sehingga system dapat berjalan dengan baik. Kedua kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan antara pemimpin dan angggotanya. Ketiga strategi pemimpin memberikan pengarahan kepada bawahannya, dengan menciptakan pengaruh, meyakinkan, sugesti/ hipnotis, ancaman, interogasi, penangkapan, tekanan fisik dan pembatasan kebebasan.

Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh . Menurut Timpe (Umar,2000:31) terdapat lima landasan kepemimpinan yang kokoh yaitu : cara berkomunikasi, pemberian motivasi, kemampuan memimpin, pengambilan keputusan, dan kekuasaan yang positif. Seorang pemimpin yang baik harus dapat mempengaruhi kelompoknya, sebagai tanda bahwa pemimpin tersebut dapat menjalankan tugasnya . Pemimpin organisasi  masa depan  harus memiliki pandangan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan  secar professional maupun secara pribadi dan kekuasaan untuk  bertahan menghadapi kemunduran bahkan kegagalan. Pemimpin harus melihat ke depan dan mengetahui ke mana roda organisasi akan dijalankan.

Seorang pemimpin sebaiknya mampu menjadi teladan yang dapat memberikan motivasi bagi para pengikutnya untuk bekerja sebaik-baiknya secara bertanggungjawab, di samping perlu memiliki visi yang jelas, wawasan etis yang tinggi dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada para pengikutnya. Pemimpin juga harus mampu membangun kepercayaan pengikutnya, karena “kepercayaan adalah perekat emosional antara pengikut dan pemimpin menjadi satu “ (Bennis dan Nanus dalam Kirana, 1997:64). Menurut Bennis (1994 : 198-199) ada empat unsure yang dapat digunakan oleh para pemimpin bisnis untuk membangkitkan dan mempertahankan kepercayaan yaitu : keteguhan,kesesuaian, keandalan dan integritas. Pemimpin menghormati komitmen yang dibuat dan bila factor-faktor ini dimilikinya maka karyawan akan berpihak kepadanya dan membuat para pengikutnya setia. Hubungan manusiawi yang menekankan suatu lingkungan yang menyenangkan untuk bekerja, karena kondisi kerja yang bagus, nyaman, simpatik dan memotivasi untuk bekerja giat, berpengaruh tehadap peningkatan kinerja karyawan serta penghargaan yang layak dan dapat diterima oleh semua pihak yang ada di lingkungan kerja tersebut, pada akhirnya mempengaruhi kepuasan kerja. Proses memberikan motivasi  kepada bawahan sangat bergantung pada gaya kepemimpinan yang kondusif sesuai dengan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Pada dasarnya kepemimpinan itu berkaitan dengan proses  mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Perilaku seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan organisasi dilandasi oleh gaya kepemimpinan yang dimainkan atau diperankannya. Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari Manajemen Sumberdaya Manusia, oleh karena itu merupakan salah satu fungsi manajemen dimana seorang pemimpin mengarahkan, dan mempengaruhi bawahannya atau orang lain untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa kepemimpinan  (leadership) merupakan pokok atau   inti dari pada manajemen. Kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan kemampuan motivasi, komunikasi dan hubungan antar manusia.  Seorang pemimpin harus memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja satu sama lain memberikan kinerja yang baik  untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu berhubungan manusiawi dengan orang lain (human relations) dengan baik akan lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sesuai dengan keinginannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.  Sehingga peranan yang dimainkan disadari atau tidak akan membawa dampak bagi lingkungannya.  Tanpa kepemimpinan yang baik, sulit bagi seorang manajer atau pemimpin untuk menjalankan fungsi manajemen dengan semestinya. Perencanaan yang baik, organisasi yang memadai, anggaran yang besar, sarana dan prasarana yang lengkap belum menjamin akan diperoleh hasil kegiatan (output) yang diinginkan.

 Dengan fenomena perobahan yang begitu pesat di era globalisasi yang sekarang sedang kita hadapi, merupakan salah satu faktor pendorong agar setiap institusi atau organisasi termasuk organisasi pemerintahan untuk dapat memiliki keandalan atau keunggulan di berbagai segi, baik sumberdaya manusia maupun infrastruktur pendukung lainnya. Oleh karena itu pemimpin sebagai motor atau penggerak kebijaksanaan di lembaganya, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan visi dan misi yang berdimensi terciptanya keunggulan atau mutu SDM yang baik yang dihasilkan oleh adanya kinerja atau system hubungan interpersonal dan antarpersonal yang baik, baik dari pimpinan terhadap staf, antar staf maupun antara pimpinan dan staf yang mempunyai sifat interdependen yang baik dalam kaitannya dengan tugas. 

Dengan adanya kinerja yang baik dari seluruh sumberdaya yang ada baik pimpinan maupun pegawai diharapkan visi dan misi tersebut akan tercapai.  Dengan konsep kemandirian yang terpimpin merupakan inspirasi bagi lembaga untuk mengetahui strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman) bagi dirinya sendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga mampu memanej secara optimal sumberdaya yang ada. Porter (1990) memberikan  empat atribut keunggulan, sebagai the diamond of national advantage, yaitu: kondisi faktor di dalamnya, yang menyangkut skill dan infrastrukturnya, kondisi domestic demand  lembaga, adanya supporting institution untuk berkembang dan maju, yang menunjang berkembangnya institusi yang berkompeten, kondisi persaingan (rivalry) domestik dan strategi yang akomodatif. Keempat kondisi tersebut menjadi parameter kondisi yang kondusif bagi suatu institusi untuk maju sesuai manajemen mutu berbasis masyarakat tersebut.

Dikatakan oleh Mintzberg (dalam Locke, 1997: 20) bahwa untuk bekerja dengan baik, seorang pemimpin harus terus menerus bekerja demi sukses dan perbaikan. Secara umum para pemimpin dan manajer melakukan sejumlah pekerjaan dengan amat tekun. Lebih lanjut oleh Boyatzis (dalam Locke, 1997: 20) didapati bahwa para manajer dan eksekutif unggul mempunyai orientasi efisiensi yang lebih dibandingkan eksekutif kebanyakan, selalu ingin melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik daripada yang dilakukan orang lain.

Kepemimpinan (leadership) selalu terkait dengan kekuasaan (power), dimana kekuasaan merupakan sarana alat untuk mempengaruhi orang lain. Proses mempengaruhi orang lain guna mencapai suatu tujuan dikenal sebagai kepemimpinan. Sedangkan orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain disebut pemimpin. Dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi, maka seorang pemimpin perlu memiliki kekuasaan dan bisa menggunakannya dengan efektif.

Para pemimpin sukses harus mampu menggunakan kekuasaan terhadap para bawahan, memerintahkan pada mereka apa yang mesti dilakukan, dan menerapkan sanksi positif dan negatif secara tepat. Seseorang yang tidak sanggup menggunakan kekuasaan akan mendapatkan kesulitan dalam menjalankan peran kepemimpinannya (Locke, 1997: 3). Dalam kajian Kepemimpinan Super (Super Leadership) yaitu kepemimpinan yang mengarahkan orang-orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri, dicatat bahwa sarana-sarana mendasar dalam memantapkan komitmen dan antusiasme yang diperlukan untuk meraih kinerja jangka panjang dalam suatu organisasi adalah membuka lebar-lebar munculnya kepemimpinan diri (Self Leadership) dari setiap orang (Manz dan Sims, 1989: 1-7).

Lebih lanjut pada pemimpin yang sukses menetapkan contoh-contoh dan terlibat alam perilaku simbolik yang memberitahu para pengikut apa yang diharapkan dari mereka, juga memberitahu perilaku-perilaku seperti apa yang layak (Locke, 1997: 100). Kemudian dikatakan Locke dan Latham (dalam Locke, 1997: 115) bahwa untuk memperoleh umpan balik yang berguna dan tepat, harus ada ukuran kinerja (performance measurement) yang cermat untuk menaksir tingkat sasaran yang dibutuhkan demi tercapainya kinerja optimal. Pemimpin harus merancang sebuah sistem dimana perilaku dan atau kerja individual karyawan dan manajer bisa diukur secara obyektif.

Dari pertimbangan-pertimbangan yang telah diilustrasikan kiranya tidak terlalu berlebihan bisa peneliti berkeinginan untuk melakukan studi tentang “PENGARUH PROFIL PEMIMPIN KOMITMEN PEMIMPIN DAN PENGGUNAAN KEKUASAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN PROBOLINGGO”

Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

PENGARUH MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI ... (336)

 

Dalam menghadapi era globalisasi dan telah diberlakukannya Otonomi Daerah faktor sumber daya manusia sangat penting, artinya prinsip pengelolaan lembaga Pemerintah Kabupaten yang profesional, ramping dan diisi pegawai yang punya prestasi kerja tinggi merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara punya andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Hal ini dilandasi suatu kenyataan bahwa Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung negara, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sangat ditentukan oleh pelaksanaan tugas yang diberikan pada Pegawai Negeri Sipil.

Dengan demikian peningkatan mutu Pegawai Negeri pada masa pembangunan atau era Otonomi Daerah sekarang ini sangat diperlukan secara berkelanjutan, dan diharapkan dalam peningkatan mutu tersebut dapat diperoleh pegawai negeri yang benar-benar mampu mengemban tugas pokok dan fungsi yang pada akhirnya dapat memperlancar dan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional. Pegawai Negeri yang dimaksud adalah pegawai negeri yang berwibawa, berdaya guna, bersih, loyal, penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah Kesatuan Republik Indonesia serta diisi tenaga tenaga yang ahli, mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi bidang masing-masing dan hanya mengabdikan diri kepada kepentingan Negara dan Rakyat. Untuk meningkatkan kwalitas Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud, maka berbagai upaya atau strategi dilakukan antara lain :

1.      Melalui pendidikan formal, misalnya bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural    untuk mengikuti pendidikan struktural (DIKLAT PIM IV, DIKLAT PIM III, DIKLAT PIM II)

2.      Melalui pelatihan dan pengembangan sesuai bidang tugas yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi demi kelancaran pelaksanaan tugas pada waktu bersamaan juga diarahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari pegawai secara perorangan.

Pembinaan, penyempurnaan, penertiban, disiplin dan kepemimpinan yang bisa memotivasi pegawai secara terus menerus akan mampu meningkatkan prestasi kerja pegawai. Motivasi, disiplin dan kepemimpinan serta prestasi kerja pegawai dapat dipengaruhi oleh faktor yang bersifat sosiologis maupun psikologis. Faktor sosiologis berkenaan dengan hubungan sosial antara pegawai dalam suatu organisasi dengan lingkungan masyarakat. Seorang Pegawai sikap dan tingkah lakunya tidak dapat dilepaskan dari kondisi adat istiadat ataupun kebiasaan - kebiasaan lingkungan asalnya, karena itu hubungan sosial antara pegawai dalam suatu organisasi dan hubungannya dengan lingkungan masyarakat merupakan faktor yang potensial bagi kepentingan suatu organisasi. Sedangkan faktor psikologis yaitu yang berkenan dengan sifat-sifat dan kepribadian setiap pegawai, baik statusnya sebagai pimpinan maupun staf . Walau kondisi lingkungan sudah tercipta dengan baik, tetapi kalau kondisi psikologis pegawai kurang dapat menunjang maka akan berpengaruh terhadap proses kegiatan yang akhirnya akan mempengaruhi prestasi kerja dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengamatan secara sepintas, peranan motivasi, kedisiplinan dan kepemimpinan yang sesuai bagi pegawai belum berhasil baik dalam meningkatkan prestasi kerja. Hal ini bisa dilihat karena masih banyak kehadiran pegawai yang sering terlambat atau tidak hadir tanpa keterangan, pulang lebih cepat dari jam kerja yang telah ditentukan, terlihat mondar-mandir saat jam kerja, bercerita yang kurang bermanfaat bagi kepentingan dinas atau kelompok, keluar untuk belanja ke pertokoan, bermain catur, meramal judi, saat jam kerja sehingga sangat merugikan Dinas dimana mereka bekerja.

Sistem prestasi kerja merupakan sistem kepegawaian sebagai informasi dalam mengangkatkan seseorang guna menduduki suatu jabatan atau naik pangkat, didasarkan atas kecakapan dann prestasi yang telah dicapai oleh pegawai. Berdasarkan Undang-Undang Pokok Kepegawaian nomor 43 tahun 1999 disebutkan bahwa "Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan berdasarkan sistem karir dan prestasi kerja" sehingga prestasi kerja yang tinggi merupakan perwujudan dari kualitas Pegawai Negeri Sipil dan hal ini cukup penting dalam rangka menunjang kelancaran untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan prestasi kerja tinggi beraarti para pegawai negeri sipil benar-benar dapat berfungsi sebagai penghasil kerja yang tepat guna dan berhasil guna sesuai dengan sasaran-sasaran organisasi yang hendak dicapainya Musanef, ( 1987 )  Apabila tujuan peningkatan prestasi kerja para pegawai negeri sipil dapat terpenuhi, maka tujuan pembangunan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 akan segera tercapai.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah satu organisasi badan staf yang kedudukannya berada  dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati dalam perumusan, kebijaksanaan teknis di bidang Perikanan dan Kelautan .

Adapun salah satu pedoman tentang pembangunan pada dasarnya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya menurut Bintoro Tjokro Amidjoyo ( 1982 ) Pembangunan yang merupakan suatu proses tanpa akhir suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide dan realitas yang terus berlangsung sepanjang kurun waktu dan sejarah.

Kegiatan Pembangunan menuntut tersedianya tenaga yang profesional, untuk itu perlu adanya aparatur yang mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi sehingga pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dapat dikerjakan secara optimal, efektif dan efisien.

Sejalan dengan diberlakukannya Undanng-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka untuk lebih meningkatkan pemberdayagunaan potensi daerah terutama yang berkaitan dengan otonomi daerah Kabupaten Seram dibentuk dan disusun organisasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seram Bagian Barat.

Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia personil guna mewujudkan peningkatan kinerja dalam perencanaan dan pengawasan serta peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat perlu pegawai yang berprestasi tinggi memahami fungsinya sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat. Untuk itu pembinaan motivasi kedisiplinan dan kepemimpinan yang sesuai kepada para pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan  mutlak perlu dilakukan efektif, efisien dan berkesinambungan sehingga akan tercapai prestasi kerja secara optimal yang menjadi tujuan organisasi.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seram Bagian Barat meningkatkan kualitas para pegawainya, telah banyak memberikan pembinaan baik yang berupa peningkatan prestasi kerja, kerja keras maupun memberikan motivasi, tetapi hasil yang telah dicapai belum dapat diketahui secara pasti, oleh karena itu hal diatas merupakan suatu topik yang menarik untuk diteliti secara ilmiah yang dituangkan dalam permasalahan utama yaitu apakah ada pengaruh motivasi, dan kepemimpinan terhadap prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Seram Bagian Barat.

 Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

PENGARUH KOMUNIKASI KERJA VERTIKAL DAN HORIZONTAL TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI ...(335)

 Penelitian ini bertujuan untuk 1). Untuk mengetahui secara simultan pengaruh komuniksai kerja vertikal dan horizontal terhadap disiplin kerja pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. 2) Untuk mengetahui secara parsial pengaruh komuniksai kerja vertikal dan horizontal terhadap disiplin kerja pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. 3) Untuk mengetahui komunikasi yang paling dominan mempengaruhi disiplin kerja pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatoris (explanatory research) yaitu jenis penelitian yang berupaya menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel bebas adalah komunikasi kerja vertikal (X1), komunikasi kerja horisontal (X2), dan variabel terikat adalah disiplin (Y). teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik Kuesioner dan Dokumenter, yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan model statistik dalam program komputer, dengan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Secara simultan, komunikasi kerja vertikal dan komunikasi kerja horisontal kerja secara simultan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. Hal ini dapat dikatakan bahwa komunikasi kerja vertikal dan komunikasi kerja horisontal kerja yang dijalankan dengan baik dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. 2) Secara parsial, variabel komunikasi kerja vertikal dan komunikasi kerja horisontal kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. 3) Komunikasi kerja vertikal merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap disiplin kerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Blitar. 

Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

PENGARUH KEMAMPUAN, KEPUASAN DAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI TERHADAP KINERJA PEGAWAI ... (334)

 

Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Untuk mengetahui apakah Kemampuan, Kepuasan dan Disiplin Kerja secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo. 2) Untuk mengetahui apakah Kemampuan, Kepuasan dan Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo. 3) Untuk mengetahui manakah diantara Kemampuan, Kepuasan dan Disiplin Kerja berpengaruh paling dominan terhadap Kinerja Pegawai Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo?

 Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatoris (explanatory research) yaitu jenis penelitian yang berupaya menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel bebas adalah Kemampuan (X1), Kepuasan (X2), Disiplin Kerja (X3) dan variabel terikat adalah Kinerja  (Y). teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik Kuesioner dan Dokumenter, yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan model statistik dalam program komputer, dengan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) variabel Kemampuan, Kepuasan  dan Disiplin Kerja secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo. 2) Berdasarkan analisis diatas dan apabila dibuktikan dengan hipotesis kedua  yang diuji secara parsial maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa, variabel Kemampuan, variabel Kepuasan  dan variabel Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Pegawai Bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo dapat diterima. 3) Berdasarkan nilai koefisien regresi (b) antara variabel Kemampuan, variabel Kepuasan  dan variabel Disiplin Kerja, maka variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Kinerja Pegawai Bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo adalah variabel Kemampuan dimana nilai koefisien regresinya (b) sebesar 0.715. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Kemampuan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Kinerja Pegawai Bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Probolinggo.

Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI (333)

 Penelitian tentang Pengaruh Faktor Kepemimpinan Situasional terhadap Prestasi Kerja Pegawai ini berangkat dari permasalahan bahwa Dinas Kehutanan Perkebunan dan Lingkungan Hidup sebagai organisasi pemerintah penting untuk selalu meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan prestasi kerja pegawai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh dari variabel-variabel : hubungan atasan-bawahan, struktur tugas dan kekuasaan & wewenang sebagai faktor situasional terhadap prestasi kerja pegawai di Dinas Kehutanan Perkebunan dan Lingkungan Hidup, Kabupaten Malang. Model kepemimpinan menggunakan model kontingensi yang telah dikembangkan oleh Fiedler. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa diduga variabel sebagai mana tersebut di atas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja pegawai. Dan juga diduga terdapat salah satu variabel yang mempunyai pengaruh yang paling dominan.

Jenis penelitian menggunakan eksplanatori dan teknik pengambilan sampel dengan cara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang mehbatkan 50 orang responden. Sebelum diterapkan untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner, yang hasilnya menyatakan bahwa kuesioner tersebut cukup valid dan reliabel. Analisis data menggunakan metode regresi berganda dan untuk menguji hipotesis digunakan uji F, uji t, analisis koehsien determinasi, anhsis koefisien regresi dan analisis koefisien korelasi parsial dengan tingkat signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hubungan atasan- bawahan, struktur tugas dan kekuasaan & wewenang secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja pegawai. Sebesar 72,9% perubahan yariabel prestasi kerja disebabkan oleh perubahan secara bersama-sama variabel hubungan atasan-bawahan, struktur tugas dan kekuasaan & wewenang. Variabel kekuasaan dan wewenang mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap prestasi kerja pegawai. Adapun sumbangan variabel kekuasaan dan wewenang terhadap naik-turunnya variabel prestasi kerja adalah sebesar 30,7%, di mana variabel-variabel babas lainnya konstan. Gaya kepemimpinan yang efektif berdasarkan faktor situasional hasil penelitian adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Fiedler, Sujak (1990) dan Siagian (1999) dan juga mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sanjaya (1991), Suaedi (1994), Gandhi (2000) dan Kusdiyanti (2001).

Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap

 

Download Tesis Gratis

Cara Seo Blogger